PENDIDIKAN perdamaian sebagai komponen penting dari pendidikan dasar yang berkualitas, merupakan proses mempromosikan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk membawa perubahan perilaku yang akan memungkinkan anak-anak, remaja, dan orang dewasa untuk mencegah konflik dan kekerasan, menyelesaikan konflik secara damai, dan menciptakan kondisi yang kondusif bagi perdamaian (Fountain, 1999).

Dalam pendidikan perdamaian diajarkan pengetahuan, seperti konsep perdamaian yang menyeluruh, penyebab konflik dan kekerasan, dan filsafat nirkekerasan. Tidak hanya pengetahuan, pendidikan perdamaian juga mengajarkan keterampilaan penting untuk hidup damai, seperti berpikir reflektif dan kritis, berkomunikasi, dan mengambil keputusan. Pendidikan perdamaian juga menanamkan sikap dan nilai damai yang esensial untuk diinternalisasi oleh tiap individu, seperti menghargai diri sendiri, menghormati orang lain, kepedulian terhadap lingkungan, dan keadilan (Castro & Galace, 2019).

Salah satu tempat yang dapat dijadikan untuk me­ngampanyekan pendidikan damai ialah sekolah. Proses pembelajaran di sekolah untuk mengimplementasikan pendidikan perdamaian bersifat holistis dan mencoba untuk mentransformasi dimensi kognitif, afektif, dan keaktifan siswa (Castro & Galace, 2019). Hal tersebut menggambarkan bahwa pendidikan perdamaian dapat diajarkan dalam berbagai kegiatan di sekolah, termasuk dalam beragam mata pelajaran. Nilai, pengetahuan, dan keterampilan perdamaian muncul dalam mata pelajaran dengan bentuk materi atau topik yang disampaikan maupun dalam proses belajar siswa. Lalu, seperti apa wujud penerapan pendidikan perdamaian dalam mata pelajaran di sekolah?

Perdamaian dalam beragam pelajaran

Selama ini ada anggapan bahwa pendidikan perda­maian hanya dapat diajarkan melalui beberapa beberapa mata pela­jaran. Pendidikan agamaia­lah salah satu mata pelajaran yang sering dikaitkan dengan pendi­di­kan perdamaian karena semua agama memuat ajaran tentang hidup damai. Mata pelajaran lainnya yang sering dikait­kan dengan pendidikan perda­maian ialah ilmu pengeta­huan sosial.

Baca Juga: Melihat Perspektif Negara dalam Kasus Penolakan Abdul Somad Masuk Singapura

Hal itu karena memuat bebe­rapa materi, seperti konflik so­sial dan kekerasan yang mem­berikan con­toh-contoh tinda­kan antikekerasan, lembaga internasional yang menga­jarkan upaya bina damai, dan inte­raksi sosial yang mempelajari inte­raksi antarmanusia, faktor-faktor yang menimbulkan kon­flik, serta cara mencegahnya. Terakhir ialah pendidikan kewar­ganegaraan, mata pelajaran yang beberapa materinya meng­ajarkan tema-tema terkait de­ngan perdamaian seperti pene­ra­pan hukum yang ber­keadilan sosial, demokrasi, toleransi, dan penghar­gaan atas hak asasi manusia.

Mata pelajaran lain di luar tiga mata pelajaran yang telah disebut di atas sering kali sulit dilihat keterkai­tannya dengan perdamaian. Padahal, melalui telaah yang mendalam pendidikan perdamaian juga dapat ditemukan di mata pelajaran lain, seperti mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan (PJOK). PJOK mengajarkan pentingnya kebugaran jasmani yang merupakan bentuk perdamaian dengan diri dan juga mengajarkan sporti­vitas, sebuah nilai yang penting dalam perdamaian.

Dalam mata pelajaran lain, seperti bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, perdamaian dapat diajarkan melalui penggunaan teks narasi yang mengandung pesan perdamaian dalam kegiatan membaca, sedangkan dalam mata pelajaran matematika ketika guru kesulitan mengaitkan materi dengan perdamaian, pendidikan perdamaian tetap bisa dilakukan melalui proses belajar yang mendorong kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sebuah keterampilan yang esensial dalam perdamaian.

Mengajarkan perdamaian melalui fisika

Salah satu mata pelajaran yang mungkin tidak pernah dibayangkan untuk mengajarkan perdamaian ialah fisika. Banyak orang berpikir bahwa fisika ialah mata pelajaran yang hanya mengajarkan konsep, rumus, dan berhitung, sehingga sulit untuk mengajarkan perdamaian melalui fisika. Sebagai guru fisika, saya ingin menunjukkan bahwa fisika dapat digunakan untuk mengajarkan perdamaian.

Dalam materi gerak lurus siswa mempelajari bahwa suatu benda tidak akan mengalami perubahan kecepatan jika benda tersebut memiliki percepatan nol atau bendanya tidak bergerak, sedangkan benda akan mengalami perubah kecepatan jika percepatannya memiliki nilai atau bendanya bergerak. Melalui konsep ini saya mengajarkan kepada siswa bahwa perdamaian tidak akan ada kemajuannya jika tidak dikerjakan dengan sungguh-sungguh.

Perdamaian akan bergerak maju dan berhasil jika nilai-nilai damai terus diimplementasikan. Sebaliknya, jika hal-hal negatif seperti kekerasan yang dikerjakan tentu saja perdamaian tidak akan tercapai.

Materi asas Black ialah contoh yang lain. Asas Black menyatakan bahwa besarnya kalor yang dilepaskan benda bersuhu tinggi akan sama dengan kalor yang diterima benda yang bersuhu rendah sehingga terjadi kesetimbangan termal. Melalui konsep asas Black, saya menyampaikan kepada siswa bahwa ketika kita menerapkan nilai-nilai perdamaian, nilai-nilai tersebut juga akan diterima orang lain dan keseimbangan pergaulan antarindividu dapat tercipta. Ketika kita memiliki kemampuan yang lebih dari orang lain, kita tak boleh menghina, tetapi harus membantu yang memiliki kekurangan sehi­ngga keadilan dapat tercapai.

Perdamaian juga saya ajarkan melalui kegiatan pro­yek kelas fisika, contohnya ketika siswa membuat termo­meter sederhana. Proses pem­buatan termometer ter­sebut memunculkan bera­gam pertanyaan kritis dan kreatif, salah satunya ketika siswa bertanya mengapa kita harus menambahkan air padahal sudah menggunakan alkohol dalam termometer. Pertanyaan ini ialah bentuk dari keterampilan berpikir kritis siswa, suatu keterampilan yang sangat penting untuk menggali informasi dalam upaya penyelesaian masalah.

Saya menjelaskan bahwa penambahan air dalam termo­meter bertujuan agar alkohol tidak cepat memuai. Jika hanya menggunakan alkohol pe­muaian akan sangat cepat ter­jadi sehingga susah untuk membaca skala termometer­nya. Dalam kesempatan itu, saya juga mengajak siswa memba­yangkan alkohol seba­gai orang yang berkon­flik: panas sebagai pemicu konflik, dan pemuaian sebagai gam­baran konflik yang bereska­lasi. Ketika alkohol dipanaskan artinya orang-orang yang berkonflik ‘dikompor-kompori’ sehingga ketegangan konflik di antara mereka meningkat. Penambahan air saya gunakan untuk menggambarkan peran pihak penengah atau mediator yang membantu meredam konflik. Jadi, melalui kegiatan pembuatan termometer sederhana tersebut, selain belajar fisika, siswa juga belajar pengetahuan penyelesaian konflik.

Masih banyak nilai perdamaian yang bisa ditemukan dalam fisika dan semuanya itu tergantung pada kemampuan berpikir kritis dan kreatif guru dalam menemukan dan mengaitkan materi pelajaran fisika dengan pendidikan perdamaian. Selain dalam materi yang dapat dikaitkan dengan pendidikan perdamaian, guru bisa memunculkan pendidikan perdamaian melalui proses belajar ketika mempelajari materi. Dengan mengintegrasikan perdamaian dalam mata pelajaran dan mengajarkannya kepada siswa, tujuan mewujudkan masyarakat damai semakin dekat. Oleh: Riyan Setiawan Uki Guru Fisika Sekolah Sukma Bangsa Sigi. (*)