AMBON, Siwalimanews – Profesor Albert Fenanlampir tak mampu menahan rasa bahagianya dan akhirnya  menangis saat berpidato di acara pengukuhan dirinya sebagai guru besar dalam bidang olahraga Fakultas Keguruan dan Imu Pendidikan Universitas Pattimura, Senin (21/3).

Profesor Albert teringat kembali masa-masa suli saat menempuh pendidikan dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

Dalam pengantar pidatonya, Fenanlampir menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang selama ini berjasa hingga dirinya bisa sukses bidang akademik menjadi seorang guru besar.

Sementara itu, Rektor Universitas Pattimura, M.J Sapteno mengaku dengan dikukuhkannya Profesor Albert Fenanlampir sebagai guru besar bidang olahraga, dengan sendirinya jumlah guru besar di Unpatti terus bertambah.

Sapteno pada kesempatan itu tak lupa memotivasi para staf pengajar di Unpatti untuk lebih giat lagi mengikuti jejak Fenanlampir

Baca Juga: 2 Casis Dikirim ke SMA Pradita Dirgantara

Seperti diketahui, Ketua Senat Unversitas Pattimura, SE.M. Nirahua,  membuka secara resmi pengukuhan dengan agenda pembacaan surat keputusan pengangkatan dalam jabatan guru besar, pembacaan daftar riwayat hidup oleh dekan FKIP, pidato pengukuhan,  guru besar dilanjutkan dengan pengalungan piagam dan plakat sebagai tanda guru besar.

Seperti diberitakan sebelumnya, hari ini, Senin, (21/3), Alberth dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Keolahragaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Pattimura. Ia juga akan membawakan pidato saat pengukuhan itu dengan judul “Kontribusi Strategi Homogenetty Psycho Cognition dalam pembelajaran PJOK dan Aplikasinya pada pembangunan berkelanjutan”.

Albert menjelaskan, substansi tersebut berfokus pada keterkaitan antara marwah pendidikan dengan pembangunan berkelanjutan, sehingga pandangannya selaku peneliti adalah suksesnya pembangunan berkelanjutan dipengaruhi oleh pendidikan baik pada kualitas, akses, praksis maupun kebijakannya.

Dikatakan, education for Sustainable Development (ESD), bertujuan memberikan kesempatan kepada setiap anak untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diperlukan untuk membentuk masa depan yang berkelanjutan.

ESD berarti mengintegrasikan isu-isu utama pembangunan berkelanjutan ke dalam pengejaran dan pembelajaran. Hal ini membutuhkan pendekatan atau strategi, model, metode pembelajaran partisipatif yang memotivasi dan memjberdayakan peserta didik untuk mengubah perilaku mereka dan mengambil tindakan untuk pembangunan berkelanjutan.

ESD bertujuan untuk mencapai kompetensi seperti berfikir kritis, membayangkan scenario masa depan dan membuat keputusan dengan cara yang kolaboratif. Pembelajaran harus memper­siapkan peserta didik dari segala usia untuk menemukan solusi bagi tantangan masa kini dan masa depan.

Sebab menurutnya, jangan sampai tenaga pendidik terus mensosialisasikan modernisasi, digitalisasi, meteverse tanpa disertai oleh pemenuhan hak-hak pendiidkan bagi seluruh warga Negara Indonesia, sebagaimana  diatur dalam pasal 31 UUD 1945.

Terlebih pada fakta pandemik Covid-19, yang berdampak pada perekonomian masyarakat kecil dan menengah, maka riset ini diawali oleh telaah dan refleksi Alberth selaku peneliti mengenai distorsi antara pembangunan berkelanjutan dalam konteks pendidikan dengan realitasnya yang perlu diatasi melalui strategi yang hilistik dan ilmiah.

Diakuinya, kebijakan Kampus Merdeka perlu dipandang selaku wahana bersifat alternatif dalam meningkatkan inovasi nasional pada bidang pendidikan, pembelajaran dan sayaan sebagai modal akademik serta social untuk merealisasikan  visi Indonesia maju 2045.

Disebutkan, Esensi strategi pembelajaran HPC adalah pembelajaran yang mengutamakan kerja sama antar peserta didik dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pengelompokan tersebut dilakukan dengan memperhatikan kesamaan tingkat kecerdasan peserta didik, agar memberikan kesempatan kepada seluruh peserta didik untuk terlibat aktif dalam proses berfikir dan berkespresi tanpa merasa terbebani oleh karakteristik peserta didik lain yang lebih pintar atau lebih agresif.

Pada dasarnya ungkap Alberth, dalam kegiatan pembelajaran, guru dapat menerapkan berbagai bentuk pendekatan sesuai dengan kondisi kelas, materi yang diajarkan dan pada tingkatan satuan pendidikan yakni, SD, SMP dan SMA. (S-07)