NAMLEA, Siwalimanews – Ahli kimia dan lingkungan dari Unpatti, Yustinus Tho­nias Male memastikan ada Bahan Berbahaya Beracun (B3) jenis Asam Cianida (CN) didalam kontainer yang diangkut kapal penumpang milik PT Pelni, KM Dorolonda yang jatuh ke laut pelabuhan Namlea Selasa (27/3)

Akibat jatuhnya satu container di pelabuhan Namlea terse­but, mengakibatkan ribuan ikan mati mendadak.

Male menegaskan, Cianida  yang menyebabkan ikan-ikan mati mendadak. Seandainya tidak cepat diangkat, maka masih akan ditemukan lagi ikan yang mati. “Kalau dari indikasi awal itu ada bahan berbahaya beracun (B3). Itu dugaan awal. Untuk membuktikan perlu hasil analiss lab,”jelas Male kepada wartawan di kompleks pelabuhan Namlea, Kamis (30/3).

Dikatakan, sebagai langkah berikhtiar dan berjaga-jaga Male menyarankan, agar sepekan ke depan jangan dahulu mengkonsumsi ikan dari kawasan perairan di sekitar jatuhnya kontainer.

Menurutnya, ada mekanisme toksifikasi (keracunan)  dari ikan selama 14 hari setelah musibah kontainer. Kalau ikan tidak tahan maka mati. Kalau tahan lebih dari 14 hari maka ikan hidup.

Baca Juga: Kantor Bahasa Maluku Mulai Dibangun

“Jangan mengkonsumsi ikan di sekitar ini dulu, karena dia masih terakumulasi. Jadi seperti nyamuk kalau kita habis semprot obat nyamuk tidak langsung mati, tapi hanya mabok, siapa yang makan dia kena, “ kata Male.

Lakukan Penelitian

Male dan rombongan dari Kan­-tor Lingkungan Hidup Provinsi Maluku tiba Kamis pagi di Nam­-lea guna memastikan penyebab ribuan ikan mati di Teluk Namlea akibat container jatuh ke laut yang diduga berisi B3..

Walau laut disekitar jatuhnya kontainer sempat tercemar, setelah terjun ke TKP dan mengambil sampel dan menguji langsung di sana, pakar kimia dan ahli lingkungan dari Unpatti ini telah memastikan kalau perairan di sekitar dermaga kini sudah normal.

Dapat dibuktikan dengan PH air lautnya sudah diangkat 7 (tujuh). Kalau PH masih 4 atau 5, orang yang kena air laut tercemar itu akan menderita gatal-gatal.

Cepatnya lautan kembali normal, karena posisi laut Teluk Namlea sangat terbuka dan terjadi arus keluar masuk sehingga B3 cepat terurai.

Menjawab wartawan, sekali lagi Male pastikan ada CN dalam isi kontainer.

“Yang tumpah di laut ini juga terdapat Acam Cianida,”jelasnya.

Bila ada yang beralibi kontainer yang sempat dibuka di hari kemarin hanya berisi kapur, Male mematahkan alibi itu dengan membuktikan banyak ikan yang mati.

Ia juga menemukan cairan merah di dekat kontainer . “Cairan merah yang keluar dari dalam kontainsr itu reaksi Cianida dengan besi. Nanti kalau konsentrasi Cianida meningkat, maka warnanya biru, “ ungkapnya.

Ia sempat menyinggung di Kali Anahoni beberapa waktu lalu yang airnya berwarna biru.”Itu akibat reaksi Cianida dan besi sulfida yang berlebihan. Makanya jadi biru, “ujar dia.

Menurutnya, efek kapur yang juga terdapat dalam kontainer saat jatuh ke laut hanya memberi reaksi panas. Namun cepat dinetralisir karena jatuhnya di lautan, juga tidak bisa membuat ikan-ikan mati. “Kecuali kapur satu gunung kita tumpahkan bisa mendidih, “ sambungnya.

Tapi kalau sampai ikan itu mati, lanjut Male, maka indikasi awal ikan itu sulit bernapas. Ditunjukan dengan insannya yang pucat dan warna kulitnya agak sedikit pudar.

Bukti Itu menunjukan kalau ikan telah terkontaminasi dengan zat berbahaya dan menghambat dia tidak bernafas.

“Yang punya ciri-ciri membunuh ikan seperti hanya Cianida, “terang Yustinus.

Tidak berniat menyalahkan PT Pelni, Male di hadapan wartawan juga mengingatkan, kalau B3 tidak boleh diangkut atau diantar pulaukan dengan menggunakan kapal penumpang, termasuk KM Dorolonda.

Karena sudah terlanjur, terjadi musibah, maka Male  meminta agar mata rantai pasok di pelabuhan yagg harus diperjelas. Antara ekspedisi dan yang punya barang harus ada dokumen verifikasi apa yang dikirim.

Dari ekspedisi ke pelabuhan, yang punya otoritas juga harus verifikasi betul isi kontainer dengan manifes. Kemudian dari pelabuhan  naik ke kapal. “Nah itu yang harus diselesaikan. Karena ini banyak terjadi di pelabuhan kita, “ ujar dia.

Pola pemasokan seperti yang terjadi saat ini dinilai sangat rawan untuk terorisme, bisa untuk peledak dan amunisi juga untuk peredaran narkoba.

“Kalau kita naik kapal bawa burung ditahan oleh karantina! Tapi kalau di kontainer? Sapa yang bongkar? Siapa yang tahu?,”soalkan Male.

Masalah yang terlanjur terjadi, memberi pelajaran bagus untuk semua agar lebih berhati-hati lagi ke depannya, dalam hal verifikasi dokumen barang. “Kali ini Cianida. Besok-besok apa lagi, “ gerahnya.

Belum Dibongkar

Sementara itu KabagOps Polres Pulau Buru, AKP Upsril W Futwembun dan Paur Humas Polres Pulau Buru, Aipda MYS Jamaludin senada dengan Yustinus Male, menjelaskan, kalau isi  kontainer belum bisa dibongkar karena menunggu perlengkapan security safety, setelah kuat dugaan ada B3 di sana.

Fetwembun menjelaskan, kalau Polres Pulau Buru terus berkoordinasi untuk mengung­kap­kan kasus kontainer yang jatuh ke laut dan menyebabkan ikan mati mendadak ini.

Jelas Futwembun, mulai dari kemarin polisi telah menerima beberapa saksi, termasuk mencari tahu jejak oknum yang didokumen manifes tertulis atas nama Fadly. Karena masih penyelidikan, polisi belum bisa terlalu banyak menyampaikan informasi.

Polisi optimis dugaan tindak pidana ini bisa menjadi terang dan dapat diungkap siapa saja oknum yang terlibat. Bila sudah jelas, akan dipublis ke publik lewat rilis. (S-15)