AMBON, Siwalimanews – Tercatat lebih dari seratus rumah warga Waiheru, Kecamatan Baguala, terendam banjir, dengan ketinggian air hampir men­capai satu meter.

Kepada Siwalima, Dedi warga Waiheru RT 027/RW 003 meng­ung­kapkan, hujan deras yang terjadi sejak Sabtu hingga Minggu me­ngakibatkan rumahnya terge­nang banjir dengan ketinggian air men­capai 50 hingga 65 centimeter.

Diceriterakan, air mulai mengge­nangi rumahnya pada Minggu sekitar pukul 03.00 WIT. “Air naik sudah setinggi lutut orang de­wasa,” ujarnya.

Karena tak bisa diatasi, Dedi dan keluarganya memutuskan untuk mengungsi di rumah kerabatnya.

Di sekitar rumah Dedi, beberapa rumah lain juga terendam banjir dengan tinggi bervariasi, ada yang hanya semata kaki, ada pula yang mencapai satu meter.

Baca Juga: PLN Bantu Pembangunan Gazebo Pantai Weluan Tanimbar

“Barang-barang elektronik kami banyak yang rusak akibat terendam air,” katanya kepada Siwalima, Minggu (4/7) di lokasi bencana.

Mustafa warga lainnya mengung­kapkan, sejak diguyur hujan mulai Sabtu malam. rumahnya terendam banjir, meski tidak terlalu tinggi. Namun harus rela barang-barang berharga yang ada di dalam rumah harus terendam.

“Hujan kali ini sangat lebat mulai tadi malam sampai dini hari, akhir­nya air masuk kedalam rumah. Karena luapan dari sungai yang tidak bisa menampung debit air yang terlalu deras,” ujarnya.

Ditemui terpisah, Dimas warga Waiheru lain juga mengeluh soal air hujan yang masuk ke rumah­nya, meski ketinggian air hanya 30 centimeter, namun itu cukup mem­buat dia dan keluarganya panik.

“Biasanya tidak sampai masuk rumah, tapi hujan hari ini cukup deras sekali. Meski ketinggian air cuma 30 centimeter, namun saya dan warga yang lain cukup dibuat panik karena air masuk ke rumah,” tandasnya.

Sementara itu Budiman Ketua  RT 027 RW 003 mengaku, kurang lebih 50 rumah warga yang teren­dam banjir.

Warga yang rumahnya terendam banjir melakukan evakuasi sendiri barang-barangnya.

Dia mengaku pihak BPBD Kota Ambon sudah turun dan membantu warga, dengan memberikan tikar sebanyak 100 buah, kantor Desa Waiheru memberikan nasi bung­kus untuk warga sementara dari Balai Sungai membantu member­sihkan genangan air yang masuk ke rumah warga.

Walau begitu, Budiman meminta pemerintah daerah untuk mem­perbaiki gorong-gorong yang sudah sekian lama tak pernah diperbaiki.

“Desa Waiheru sudah menjadi langganan banjir akibat Gorong-gorongnya tidak diperbaiki. Kurang lebih selama 20 tahun setiap hujan tetap banjir,dan kami juga agak kesal dengan sikap pemerintah yang tidak memperhatikan kondisi ini,”pungkasnya.

Jalan Raya

Selain rumah warga yang teren­dam, akibat curah hujan yang tinggi ditambah tersumbatnya drainase, jalan raya sekitar Waiheru juga tergenang banjir. Akibatnya terjadi kemacetan arus lalu lintas di daerah tersebut

“Uceng, salah satu warga Wai­heru mengaku, kondisi luapan air di jalan raya selalu saja terjadi ketika hujan lebat turun.

“Kami takutkan jangan sampai kesetrum kabel lampu jalan yang melintang di ruas jalan jika pemda menyalahkan lampu jalannya,” ujarnya.

Hal yang sama juga dikatakan Abdullah, warga Waiheru lainnya. Menurut dia, kondisi demikian sudah menjadi makanan sehari-hari jika datang musim penghujan.

“Tiap tahun akan terjadi seperti ini mobil sampah dari pemda waktu itu hanya datang untuk me­ngangkut sampah yang tersumbat, nyatanya tetap kebanjiran seperti ini,” keluhnya.

Warga lainnya Faizal juga kha­watir kabel listrik di jalan raya yang melintas saat ini, apalagi jika lampunya tetap dinyalakan saat malam akan berdampak buruk.

“Jangan sampai terjadi kors­leting, saat lampu dinyalakan,” ucapnya.

Karenanya, Faizal meminta Pem­kot Ambon maupun Provinsi Ma­luku, harus merubah bentuk go­rong-gorong karena gorong-go­rong yang dipakai saat ini uku­rannya kecil sementara volume air besar akibat meluap ke pemu­kiman warga.

Luapan Air

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Maluku, Hendri Far-Far mengakui 100 lebih rumah warga Waiheru terendam banjir.

Hal ini diakibatkan luapan air yang turun dari gunung ke rumah warga, dimana volume gorong-gorong yang terlalu kecil sehingga tidak menampung debit air yang datang.

Far-Far yang turun langsung memantau lokasi di Waiheru, ke­pada Siwalima mengata­kan, umumnya keluhan warga itu soal gorong-gorong yang tak mampu manyalurkan air dalam jumlah besar.

“Masalah utama adalah gorong-gorong dan jalur air melintasi jalan raya dan itu kecil serta sudah bertahun-tahun. Beta berharap kondisi itu bisa diperbaiki sehing­ga jalur air yang turun dari gunung bisa langsung ke laut dan jalan raya tak lagi tergenang,” ujarnya

Ia mengakui, sejak Sabtu hingga Minggu intensitas hujan sangat tinggi mengakibatkan banjir terjadi di Waiheru dan sebanyak 100 KK lebih yang terdampak,

“Dari pagi sampai siang itu air naik hampir satu meter di rumah warga dan rumah-rumah  itu ter­genang semua. Di daerah pasar kaget Waiheru itu tergenang semua, dan saya masuk sampai ke dalam, dengan kepala desa dan staf  RT serta ibu Hasanussy dari DPRD,” katanya.

Far-Far mengaku menyaksikan sendiri kondisi lapangan di Wai­heru, dimana warga yang terdam­pak cukup banyak. Karenanya dia akan menyusun data melapor­kannya ke atas, agar ada perhatian khusus sehingga tidak terjadi banjir lagi. (S-51/S-19)