AMBON, Siwalimanews – Dewan guru SMAN 13 Ambon melayangkan surat mosi tidak percaya kepada Didik Kasidi selaku kepala sekolah tersebut. Surat berisikan mosi tidak percaya itu ditujukan kepada Dinas Pendidkan Maluku dan Komisi IV DPRD Provinsi Maluku.

Salinan mosi tidak percaya yang juga copiannya diperoleh Siwalimanews menyebutkan, para guru terpaksa melayangkan mosi tidak percaya, lantaran sang kepala sekolah bersikap arogan serta sewenang-wenang bahkan kasar dan tertutup soal anggaran bantuan pemerintah ke sekolah.

Sang kepsek juga dinilai sewenang-wenang terhadap para guru, baik guru yang berstatus pegawai negeri maupun tenaga honorer. Sebanyak dua belas poin yang menjadi alasan mosi tidak percaya itu dilayangkan kepada Didik yakni, pertama, adanya pengelolaan dana Bosnas dan Bosda yang dilakukan  secara individual oleh kepala sekolah secara tertutup dan tidak transparan serta tidak melibatkan wakasek, dewan guru,  dan tata laksana sesuai juknis.

Kedua, dalam penyusunan RKAS tidak pernah melibatkan komite sekolah, staf dewan guru dan tata laksana sesuai juknis, ketiga, ketika berkomunikasi dengan guru dan tata laksana tidak mengedepankan etika sebagai seorang kepala sekolah.

Keempat, sesuai struktur organisasi, kepsek tidak secara optimal memaksimalkan perangkat struktural sekolah seperti beberapa wakasek tidak difungsikan.Kelima, dalam mengerjakan bangunan sekolah, kepsek mempekerjakan pegawai, tetapi tidak membayar upah mereka sesuai haknya. Keenam, setiap kegiatan sekolah sering tidak adanya pembentukan panitia.

Baca Juga: PAD Rendah, DPRD Panggil Kadis Perikanan

Ketujuh, tidak bisa menempatkan diri sebagai pemimpin, delapan, terjadi diskriminasi di kalangan guru dan pegawai tata laksana, sembilan, tidak mampu membangun hubungan baik antara guru dan pegawai. kesepuluh, kebijakan-kebijakan yang diambil selalu berdasarkan keinginan pribadi.

Sebelas, dalam pertemuan rapat tidak mau menerima saran atau pendapat dari staf dewan guru serta tidak mau menerima saran pendapat yang diberikan. Duabelas, adanya pembayaran gaji tenaga honorer yang dipotong dan tidak dibayarkan sesuai dengan hak mereka.

Mosi tidak percaya itu juga memuat alasan lain yakni tidak merangkul guru dan pegawai, malah sebaliknya menciptakan kesenjangan antara guru dan pegawai tata usaha. Kemudian, sistim informasi kegiatan sekolah hanya sepihak, tidak lagi disampaikan dalam grup whatsApp sekolah melainkan disampaikan hanya kepada guru-guru tertentu.

Bukan itu saja, kegiatan yang dilaksanakan hanya melibatkan segelintir guru yang mendukung sang kepsek dan hal itu terjadi secara terus menerus bahkan, sifat arogansi dan memarahi guru di depan umum sering ditunjukan. Disamping kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan dana-dana bantuan sekolah tidak melibatkan Komite Sekolah.

Ketua Komite SMAN 13 Ambon Zulkifli Fakaubun yang dikonfirmasi Siwalimanews terkait hal itu mengaku, sangat menyayangkan sifat arogansi yang ditunjukan sang kepsek Didik Karsidi.

“Jika tidak disikapi oleh Dinas Pendidkan, para guru itu mengancam akan melakukan aksi mogok mengajar secara massal dan pelayanan lain terhadap aktivitas pendidikan yang ada di sekolah. Saya melihat pak kepsek arogan. Ini yang seharusnya tidak boleh terjadi, karena dampaknya anak-anak didik akan dirugikan,” ungkap Fakaubun.

Fakaubun berharap, Dinas Pendidikan Maluku segera turun tangan atau bila perlu menggantikan yang bersangkutan dengan kepela sekolah yang lebih baik.

“Masalah ini kalau tidak segera disikapi Dinas Pendidikan, dikhawatirkan akan berpengaruh pada proses belajar mengajar dan siswa yang dirugikan,” ucapnya.

Sementara itu informasi dari pihak sekolah, paket pengadaan mobiler di Laboratorium seharusnya tidak diajukan lantaran mobiler masih baik dan layak. Meja dan kursi serta perangkat laboratorium yang masih layak, dibiarkan terbengkalai dan melakukan pengadaan baru.

“Ini kan buang-buang anggaran, negara rugi kalau seperti ini. Lebih baik anggaran itu untuk kepentingan sekolah yang lain. Kasihan meja dan kursi masih layak pakai, kepsek kok membiarkannya terbengkalai meletakan di luar gedung kena hujan dan panas,” tutur salah satu staf pengajar sambil menunjuk mobiler di salah satu sisi sekolah favorit Kota Ambon itu.

Sementara itu, Kepala SMAN 13 Ambon, Didi Karsidi yang dikonfirmasi Siwalimanews melalui telepon selulernya, Rabu (20/7) mengaku, belum bersedia memberikan komentarnya terkait mosi tidak percaya tersebut.

“Saya belum bisa berkomentar, nanti hari Kamis (21/7) akan saya jelaskan di sekolah,” pintanya. (S-20)