PETRUS FATLOLON mening­galkan segalanya untuk kembali membangun kampung halamannya, Kabupaten Kepulauan Tanimbar. Itulah sosok Petrus Fatlolon yang karena cinta dan kepedulian untuk Tanimbar, ia kembali untuk mem­berikan yang terbaik dari seluruh hidupnya bagi Tanimbar.

Sosok pemimpin yang penuh kasih dan kebapaan ini telah menggapai puncak kesuksesan namun rela memberi diri untuk membangun Tanimbar, membangun generasi muda, membangun ma­syarakat, membangun ekonomi, dan berbagai sektor kehidupan lainnya.

Telah banyak yang ia lakukan untuk Negeri Tanimbar ini. Mem­bantu tanpa pamrih dengan mem­berikan beasiswa kepada generasi muda yang ingin mengenyam pendidikan di bangku kuliah, ia tidak pernah menutup pintu dalam membantu dan menolong siapa saja yang datang untuk meminta per­tolongan. Banyak rakyat Tanimbar yang telah mendapat manfaat dari kemurahan hatinya yang ia lakukan baik sebelum menjabat, saat menjabat dan setelah menjabat bupati Kepulauan Tanimbar.

Ya…. sosok itu, sosok yang pemurah, baik hati dan penyayang namun memiliki visi yang jelas dan terukur sebagai pemimpin dalam membangun Tanimbar. Kehadiran­nya di Tanimbar adalah bukti nyata ia ingin memberi diri secara total bagi pembangunan dan kemajuan Tanimbar. Setiap sudut Kabupaten Kepulauan Tanimbar ini, dari Molu Maru hingga Eliasa telah ia jejaki. Setiap sudut desa ia masuki, menyalami warga, berbagi suka cita, dan ia berusaha mendekatka diri denga rakyatnya untuk tahu lebih dalam keinginan hati warganya. Dari sini Ia mengenal setiap rakyatnya, ia tahu medannya, ia tahu apa yang dibutuhkan rakyatnya.

Ia memilih untuk menjadi bupati agar kebijakan publik yang ia buat untuk membangun Tanimbar dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh warga Tanimbar. Kebaikan dan kemurahan yang telah menjadi totalitas jati dirinya menjadi nyata dalam kebijakan publik dalam pemerintahannya.

Baca Juga: DPRD Agendakan Pengawasan Proyek APBD & APBN

Semua dilayani dengan kebijakan publik yang sama tanpa pandang bulu. Bahkan hanya dalam era kepemimpinannya, lawan-lawan politik dirangkul untuk bergandengan tangan bersama membangun Tanimbar. Baginya, politik hanyalah sementara, namun jati diri sebagai putra-putri Negeri Duan Lolat adalah kekal.

Banyak hal yang telah Fatlolon bangun dengan cinta yang tulus bagi Bumi Duan Lolat. Namun sebagai seorang pemimpin, tidak sepenuhnya terlepas dari berbagai kritik untuk membangun tanimbar lebih baik lagi.

Tidak semua kibijakan publik yang ia lakukan disukai oleh lawan-lawan politiknya. Banyak sekali isu yang diciptakan dan dimainkan untuk merongrong pemerintahannya. Fatlolon tidak menjadikan itu sebagai musuh, namun terbuka menerima segala kritik dan masukan. Banyak orang telah duduk semeja dengannya untuk menyatukan persepsi membagun Tanimbar. Ini menjadi bukti bahwa Fatlolon lapang dada menerima siapapun yang mau berjuang membangun tanimbar walau dengan jalannya masing-masing.

Namun sebagai manusia biasa, berbagai kekurangannya janganlah dijadikan fitnahan yang menciderai jati diri sebagai manusia.   Tentu cara-cara seperti ini bukan menjadi contoh yang baik bagi kehidupan putra-putri Bumi Duan Lolat. Terkadang tindakan tegas untuk mendidik merupakan salah satu cara dari berbagai upaya yang telah diusahakan untuk membangun manusia Tanimbar yang bermoral dan bermartabat.

Ia mendukung penuh aparat penegak hukum dalam upaya menindalanjuti berbagai persoalan di Tanimbar. Bahkan fatlolon meminta aparat penegak hukum untuk menindak tegas para pelaku bila terbukti bersalah. Ini merupakan bagian dari bentuk pembelajaran hukum bagi setiap warga negara, termasuk bagi putra-putri Bumi Duan Lolat.

Sebagai inkamben, Fatlolon tahu apa yang terbaik untuk Tanimbar. Dengan slogannya “Tunggu Beta Bale” merupakan perwujudan totalitas pemberian diri untuk terus membangun Tanimbar lebih baik lagi.

Lima tahun lalu periode pemerin­tahannya, belum cukup untuk membuktikan kecintaannya kepada Rakyat Tanimbar. Banyak program pembangunan yang terkendela akibat pengalihan anggaran untuk mengatasi Covid 19. Namun walaupun demikian, kita bisa melihat dan merasakan pembangunan dan kemajuan Tanimbar yang ia lakukan.

Tidak semua yang kita baca dan dengar mengandung kebenaran dan tidak semua kebenaran harus dipublikasikan. (S-26)