AMBON, Siwalimanews –  Aksi demosntrasi yang dilakukan oleh Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa (HMI) Cabang Ambon dan pedagang di Balai Kota Ambon, Kamis (2/7) nyaris ricuh.

Pasalnya, sejak tiba di depan Balai Kota pukul 10.30 dan melakukan orasi hingga pukul 14.00 WIT, mereka tak juga dijinkan masuk ke halaman Balai Kota untuk menyampaikan aspirasi mereka.

“Kalian Satpol PP ijinkan kita masuk, kita ini juga bagian dari rakyat yang akans sampaikan aspirasi kami, siapapun yang terima kita, kami akan sampaikan aspirasi kita saja kemudian kita keluar dari sini,” ujar Sutrisno dalam orasinya.

Negoisasi antara perwakilan mahasiswa dengan pihak Satpol pun gagal. Hal itu membuat puluhan mahasiswa dan pedagang mencoba untuk mendobrak pintu gerbang utama, namun lagi-lagi mereka terhadang oleh puluhan anggota Satpol yang berjaga. Aksi saling dorong tak terhindarkan, sehingga tersulut emosi baik dari pihak mahasiswa maupun Satpol.

Aksi saling tuding antara mahasiswa dan Satpol, tak terhindarkan membuat suasana semakin panas. Untunglah ada anggota kepolisian dari Polsek Sirimau melerai kedua belah pihak.

Baca Juga: Kanwil Kemenag Maluku Sosialisasi Juknis Ibadah

Tak lama kemudian perangkat suara anti huru-hara milik kepolisian pun dibunyikan, sehingga para pedagang dan mahasiswa langsung menghindari bunyi suara tersebut. Akhirnya ketegangan antara mahasiswa dan pihak satpol PP sedikit mereda.

Sekitar pukul 14.15 lantaran tak satupun pejabat yang menemui mereka, puluhan mahasiswa dan pedagang ini akhirnya membacakan tuntutan mereka didepan pagar Balai Kota. Pertama, minta transparasi soal dana covid yang digunakan pemkot secara terperinci.

Kedua meminta langkah investigasi dilakukan Gustu Kota Ambon kepada pasien HK agar tidak menjadi polemik dikalangan masyarakat. Tiga meminta tenaga medis yang melayani pasien positif Covid-19 untuk bekerja sesuai SOP.

Point keempat meminta Gustu Kota Ambon untuk Memakamkan jenazah positif covid-19 sesuai dengan protap dan agama serta keyakinan pasien yang meninggal. Lima meminta Pemkot Ambon memberikan kompensasi kepada para pedagang.

Keenam, Meminta Ricahrd Louhenapessy turun dari jabatannya sebagai Walikota Ambon karena tidak mampu menyelesaikan permasalahan masyarakat di kota ini.

Usai membaca tuntutan puluhan mahasiswa dan pedagang kemudian membubarkan diri dengan tertib, pada pukul 14.40 WIT. (Mg-6)