KETUA Bidang Peru­bahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19 Sonny Harry B Harmadi mengatakan ada tiga hal mengkhawatirkan terkait dengan pandemi covid-19. Dimulai dari tingginya mobilitas masyarakat pada periode Lebaran, turunnya kepatuhan terhadap protokol kesehatan, dan peningkatan kasus harian di beberapa provinsi. Jumlah kasus covid-19 di Indonesia terus mengalami lonjakan.

Data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mencatat, sejak Sabtu (26/6) hingga Minggu (27/6) penambahan pasien positif mencapai 21.342 orang. Sebelumnya masyarakat mengamati jumlah kasus harian hanya sekitar 4.000 orang, dan pasca-Lebaran pe­ningkatannya menjadi semakin sangat mengkhawatirkan. Jumlah pasien yang terjangkit oleh covid-19 di Indonesia kini mencapai 2.115.304 orang, terhitung sejak kasus pertama diumumkan pada 2 Maret tahun lalu. Dengan penambahan 21.342 kasus baru, data Worldome­ters pada Minggu (27/6) menempatkan Indonesia pada urutan pertama negara yang mencatatkan penambahan kasus covid-19 tertinggi dalam sehari pada periode hari tersebut. Menyusul di urutan kedua, Rusia yang mencatatkan penambahan 20.538 kasus baru dalam sehari. Kemudian, Filipina bertambah 6.096 kasus baru dan Malaysia bertambah 5.586 kasus baru. Menjaga kekebalan tubuh Kesehatan manusia tidak selamanya berada dalam kondisi optimal karena fluktuasi lingkungan. Saat ini, ketika negara dalam kondisi ancaman kesehatan yang serius akibat covid-19, upaya menjaga kekebalan tubuh menjadi sangat penting.

Untuk menangkal infeksi virus atau bakteri, seseorang harus mempunyai sistem kekebalan tubuh yang baik.  Hal itu, antara lain, dipengaruhi asupan vitamin C yang memadai.  Demikian pula dalam kondisi stres yang umumnya akan menurunkan imunitas. Dalam suatu penelitian, sejumlah 27% kelompok orang yang mengalami stres ringan segera terjangkit oleh flu ketika diekspos dengan virus flu.  Sementara itu, jumlah yang terserang flu menjadi 47% apabila mereka sedang stres berat.

Sampai saat ini, angka kecukupan gizi yang dianjurkan tentang vitamin C ialah 40-90 mg sehari (bergantung pada usia).  Anjuran vitamin C yang relatif rendah itu menunjukkan pandangan sempit tentang vitamin C yang seolah-olah hanya sebagai penangkal sariawan.

Di saat covid-19 merebak menjadi pandemi di banyak negara, termasuk Indonesia, anjuran meningkatkan makan sayur dan buah sebagai sumber vitamin C untuk kekebalan tubuh sangat penting.  WHO menganjurkan konsumsi sayur dan buah setiap hari 400 g terdiri dari 250 g buah dan 150 g sayuran.  Sayang sekali, konsumsi rata-rata pen­duduk Indonesia hanya mencapai sekitar 100 g.

Baca Juga: Ideologi Nasionalis Religius: Spirit Persatuan dan Perdamaian

Indonesia sebagai negara tropis dikarunia beragam tumbuhan, termasuk sayuran, buah-buahan, dan pangan nabati lainnya. Indonesia dikenal sebagai pusat biodiversitas buah: 24 spesies mangga dari 35 spesies mangga dunia, 37 spesies pisang dari 76 spesies pisang dunia. Demikian juga dengan tanaman manggis, durian, salak, dan lain-lain. Terdapat lebih 104 jenis tumbuhan buah berpotensi tinggi dan belum dimanfaatkan secara optimal. Dari sekitar 369 ribu spesies tumbuhan di dunia, sekitar 10 ribu sebenarnya dapat dimakan. Dari 10 ribu spesies ini, baru 10 spesies yang menyedia­kan kalori dan protein tinggi kepada 60% penduduk dunia.

Tumbuhan bernilai ekonomi tinggi yang menyediakan vitamin dan mineral tinggi baru sekitar 50 spesies. Untuk dapat mengelola sumber daya hayati bagi kesejahteraan masyarakat dan mencapai pembangunan berkelanjutan di Indonesia, diperlukan kapasitas dan kreativitas para ahli dan pemerhati dalam mengembangkan dan menerapkan iptek biologi. Pola makan gizi seimbang yang dianjurkan Kementerian Kesehatan dapat menjadi acuan untuk meraih hidup sehat dengan kekebalan tubuh yang tinggi.

Konsumsi pangan hewani yang banyak mengandung seng bermanfaat untuk kekebalan tubuh. Demikian pula konsumsi sayuran dan buah setiap hari hendaknya diimplementasikan dalam kehidupan keluarga sehari-hari. Prinsip gizi seimbang ialah makan beraneka ragam pangan yang mengandung karbohidrat (pangan pokok), protein (lauk-pauk), vitamin/mineral (sayur dan buah), dan jangan abaikan olahraga untuk menjaga kebugaran. Manfaat lain dari konsumsi sayur dan buah ialah kandungan seratnya yang tinggi.  Serat sering disebut the forgotten nutrient (zat gizi yang dilupakan) karena pada awalnya kita tidak mengetahui fungsi serat yang umumnya tidak dapat dicerna sistem pencernaan manusia.  Baru ketika diketahui bahwa serat berguna untuk melancarkan pembuang­an, menurun­kan kolesterol, mengurangi risiko penyakit jantung, dan mencegah kanker kolon, serat semakin disadari sebagai sesuatu yang sangat dibutuhkan manusia. Hasil penelitian Puslitbang Gizi Bogor menyebutkan konsumsi serat rata-rata orang Indonesia ialah 10,5 g. Anjuran gizi menyarankan asupan serat 20-30 g per hari.  Jadi, benar kalau dikatakan bahwa orang Indonesia kurang serat. Padahal, sayuran dan buah-buahan sumber serat tumbuh subur di Indonesia. Harganya pun tidak terlalu mahal jika dibandingkan dengan pangan lain seperti pangan hewani.  Jadi, tampaknya masyarakat perlu mendapatkan informasi lebih banyak tentang manfaat sayur dan buah sehingga konsumsi seratnya bisa ditingkatkan.

Kesadaran gizi Dalam hal konsumsi sayuran, kesadaran gizi mutlak diperlukan. Masyarakat Indonesia rasanya tidak mempunyai kendala ekonomi untuk me­ngonsumsi sayuran lebih banyak. Hanya pola budaya dan kebiasaan makan yang harus diperbaiki sehingga sayuran akan menjadi menu sehari-hari bagi seluruh anggota keluarga. Kesadaran gizi perlu ditunjang dengan pemahaman tentang masalah sanitasi sehingga cara pengolahan sayuran di tingkat rumah tangga bisa lebih aman dan memenuhi syarat kesehatan. Membiasakan mengonsumsi sayuran mentah sebagai lalap sebenarnya masih berisiko untuk mengalami gangguan kesehatan akibat mikroba (jasad renik). Mencuci pada air me­ngalir kemudian mengukus atau merebus sayuran ialah cara aman untuk mengonsumsi sayuran secara sehat. Pada dasarnya, semua pihak baik petani maupun konsumen harus waspada bahwa sayuran bisa menjadi salah satu pemicu gangguan kesehatan, kecuali sayuran tersebut ditanam, dipanen, dan diolah dengan baik sehingga memenuhi syarat-syarat keamanan pangan.

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas), harus menjadi panduan masyarakat untuk meraih kesehatan yang optimal. Germas menekankan pada lima aspek, yaitu peningkatan aktivitas fisik, edukasi dan perilaku hidup sehat, konsumsi pangan sehat dan bergizi, pencegahan dan deteksi dini berbagai penyakit, dan peningkatan kualitas lingkungan hidup. Anjuran Germas ini sejalan dengan tantangan kesehatan akibat pandemi covid-19 yang kini sedang kita hadapi.( Ali Khomsan, Guru Besar Departemen Gizi Masyarakat IPB)