MASOHI, Siwalimanews – Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Masohi yang ke- 64 digelar dengan sederhana oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Maluku Tengah (Malteng).

Peringatan HUT Kota Masohi ini dipusatkan di Baileo Sukarno yang dirangkai dengan peluncuran buku “Masohi Tiga Zaman”, pada Rabu (03/11).

Bupati Malteng, Tuasikal Abua, saat membuka kegiatan peluncuran buku tersebut mengatakan,  buku ‘Masohi Tiga Zaman’ berisi tentang sejarah perkembangan kota Masohi dengan dokumentasi perkembangan pembangunan dari tahun ke tahun dalam tiga zaman masa pemerintahan.

“Kita harapkan buku ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi generasi muda Masohi di masa mendatang, sehingga mereka mengetahui arah kebijakan pengembangan kota dari masa ke masa,” ungkap Tuasikal.

Terbitnya buku ini dimaksudkan untuk menjelaskan secara gamblang tentang jalan panjang sejarah berdirinya Kota Masohi, bukan saja pada momentum  3 November 1957 sejak pertama kali,  batu pertama kota ini dicanangkan oleh Presiden RI Ir. Soekarno di dataran Namaa.

Baca Juga: KPK Diminta Intens Pengawasan di Maluku

“Sebagian dari kita hanya mengenal bagaimana proses mendirikan kota ini, tapi ternyata ada sesuatu yang lebih besar dari itu. Ada sejarah panjang yang perlu diungkap jauh sebelum tahun 1957,” ungkap Tuasikal.

Tuasikal menjelaskan  dalam buku ‘Masohi Tiga Zaman’ juga  diuraikan proses yang cukup rumit tentang mengapa Kota Masohi harus ada di bumi paling timur Indonesia saat itu.

“Bagaimana kondisi geopolitik dunia yang menyebabkan Ir. Soekarno perlu membuat sebuah kota besar di poros Timur Indonesia, semua diuraikan dalam buku ini,” tutur Tuasikal.

Untuk itu, kata Bupati Malteng dua periode ini, kegiatan peluncuran buku ini memiliki makna yang sangat penting.

Selain untuk menggali kembali fakta-fakta sejarah dan kilas balik Kota Masohi sejak tahun 1952, juga menjadi wadah diskusi dan transfer informasi untuk melahirkan gagasan-gagasan baru yang konstruktif. “Bahkan cita-cita kedepan yang perlu terus kita wujudkan demi membangun Kota Masohi ke arah yang lebih baik,” pungkasnya.

Dalam kesempatan itu, Tua­-sikal juga mengapresiasi atas terselenggaranya peluncuran buku ‘Masohi Tiga Zaman’ ini.

Kegiatan ini sangat penting untuk memperkuat dan meneguhkan kecintaan seluruh warga Kota Masohi terhadap nilai historikal lahirnya kota ini yang dipenuhi dengan semangat dan nilai-nilai perjuangan, pengabdian, pengorbanan, dan kegotongroyongan para pendiri kota ini,” ungkapnya.

Seperti diketahui, awal mula terbentuknya Kota Masohi diawali dari hasil survei yang ketiga kali dengan lokasi lokasi sekitar Amahai yang dikenal sebagai dataran ‘Namaa’.

Dataran ‘Namaa’ kemudian final disepekati,  setelah dilakukan otomotivoring DPRDS pada persidangan tahun 1955.  Semua elemen sepakat dataran ‘Nama’sebagai lokasi ibu kota.

Kesepakatan ini kemudian berlanjut dengan kunjungan Menteri Dalam Negeri Mr. Sunaryo dan Gubernur Maluku S.M. Djosan pada tanggal 25 November 1955 di lokasi  cikal bakal Ibukota Maluku Tengah.

Dan awal pembangunan ibukota Kabupaten Maluku Tengah itu dimulai dengan  peletakan batu pertama pada tanggal 3 November 1957 oleh Presiden RI Ir. Soekarno, sekaligus memberi nama Masohi untuk ibukota Kabupaten Maluku Tengah Masohi yang artinya gotong royong. (S-36)