AMBON, Siwalimanews – BPBD Kota Ambon Demmy Paays menghimbau masyarakat untuk mewaspadai cuaca ekstrim yang disebabkan perubahan iklim La Nina.

Kota Ambon sampai dengan saat ini tidak sedang berada pada kondisi yang normal. Akibat pengaruh La Nina cuaca Kota Ambon yang mestinya kemarau, sekarang justru berubah-ubah.

Diperkirakan oleh BMKG, curah hujan dengan intensitas rendah hingga tinggi, di bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2021, dan tentunya dapat berujung pada banjir atau tanah longsor, kita patut waspada,” Paays.

Dirinya menghimbau masyarakat khususnya tinggal di daerah-daerah rawan bencana seperti di lereng bukit maupun di daerah daerah aliran sungai itu tetap waspada dan hati-hati.

“Bisa saja pagi ada panasnya tapi malam ini akan hujan. Saya minta warga masyarakat untuk tetap waspada,” papar Paays pada wartawan di halaman parkiran, Balai Kota Ambon, Salasa (19/1).

Baca Juga: Luhu Akhirnya Miliki Penjabat Desa

Diakuinya, BPBD tetap melakukan koordinasi untuk memberikan informasi kepada masyarakat terkait dengan kondisi cuaca ekstrim tersebut, melalui camat, lurah, raja, kepala desa, sampai ke tingkat paling bawah yakni RT dan RW.

“Kami itu juga bisa menyampaikan informasi kepada masyarakat melalui camat-camat itu dia punya grup dengan lurah. Kemudian Lurah dia punya group WA dengan raja, kepala desa dan selanjutnya, kepala desa, raja itu dengan RT dan RW. Informasi itu akan sampai kebawa dalam waktu,” terangnya.

Tak hanya itu, paays juga telah melakukan koordinasi antara pihak BPBD Maluku dan BMKG tekait dengan perkembangan cuaca saat ini.

“Kenapa kita lakukan agar ketika ada perubaan informasi, dengan cepat dapat diinformasikan ke warga Kota Ambon, guna meminimalisir banyak kerugian yang diakibatkan banjir atau longsor,” tandasnya.

BMKG Minta

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika meminta masyarakat Indonesia termasuk di Provinsi Maluku waspadai hujan lebat dan gelombang tinggi. BMKG memprakirakan pada periode 16-21 Januari 2021 ini, potensi hujan lebat dengan intensitas sedang hingga lebat terjadi di sejumlah wilayah Aceh, Sumatera Utara, Jami, Sumatera Selatan, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua.

“Saat ini ada beberapa fenomena cuaca yang harus diwaspadai yaitu MJO (madden julian oscillation) serta fenomena lokal, regional dan global. MJO saat ini teramati sedang aktif di  wilayah Samudra Hindia sebelah barat Sumatera. Fenomena gelombang asmosfer (Kelvin Wave) diprakirakan cukup aktif di sebagian wilayah Indonesia Bagian Timur periode 14-17 Januari 2021,” jelas Deputi Bidang Meteorologi Guswanto dalam rilisnya kepada Siwalima, Sabtu (16/1).

Guswanto menyebutkan, pada tujuh hari ke depan juga terdapat prospek pertumbuhan awan konvektif (Cumulonimbus) bercampur dengan awan konvektif lainnya, dengan tingkat kerapatan occasional (OCNL) sekitar 50-75 persen di atas wilayah Aceh dan Sumatera Utara, Samudra Hindia sebelah barat Sumatera, Sumatera Selatan, Lampung, sebagian besar

Pulau Jawa, perairan selatan Pulau Jawa, NTB, NTT, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara dan Laut Jawa. Perairan Selat Makassar, sebagian besar Sulawesi, Laut Sulawesi, Kepulauan Halmahera dan Kepulauan Maluku.

“Wilayah paling berpotensi pertumbuhan awan konvektif terbesar terjadi di sekitar wilayah NTB hingga NTT pada periode tersebut,” ujar Guswanto.

Potensi pertumbuhan awan CB dengan tingkat kerapatan Frequent (FRQ) diatas 75 persen terjadi di atas wilayah Riau, Kepulauan Riau, perairan Natuna, Bangka Belitung, perairan utara Kepulauan Halmahera.

BMKG juga memprakirakan potensi gelombang tinggi periode 15-24 Januari 2021 dengan ketinggian, 2,5-4,0 meter (rough sea) berpeluang terjadi di Perairan barat Lampung, Selat Sunda

bagian barat dan selatan, Perairan selatan Pulau Jawa, Samudra Hindia barat Lampung hingga selatan NTB, Laut Natuna, Perairan Kepulauan Anambas, Perairan Timur Kepulauan Bintan, Lingga, Laut Jawa bagian Timur, Selat Makassar bagian selatan, Laut Sulawesi, Perairan Kepulauan. Sangihe-Kepulauan. Talaud, Samudra Pasifik utara Halmahera hingga Papua.

Selanjutnya tinggi Gelombang 4.0-6.0 meter (very rough sea) berpeluang terjadi di Perairan utara Kepulauan Natuna dan tinggi Gelombang lebih dari 6.0 meter (extrem sea) berpeluang terjadi di

Laut Natuna Utara. Kepala Pusat Layanan Iklim Terapan Ardhasena Sopaheluwakan menghimbau masyarakat perlu mewaspadai potensi bencana banjir yang dalam waktu dekat kemungkinan terjadi. (S-52)