AMBON, Siwalimanews – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Nusantara Maluku menemui Kepala Kepolisian Daerah Maluku, Irjen Lotharia Latif di ruang kerjanya, Kamis (19/5).

Dalam pertemuan itu,  Temu Nasional BEM Nusantara ke-XIII yang akan digelar di Universitas Serang Raya (UNSERA) Banteng 20-25 Mei 2022 mendatang menjadi Poin pembahasan.

Koordinator BEM Nusantara Maluku Brian Lewerissa mengaku, dalam temu nasional nanti, pihaknya akan membawa sejumlah persoalan Maluku untuk diperjuangkan secara bersama-sama.

“Terdapat empat hal yang menjadi gagasan untuk diusulkan dalam temu nasional. Diantaranya mendorong pemerintah pusat untuk merealisasi Maluku sebagai LIN, mengesahkan RUU Provinsi Kepulauan, mencabut moratorium daerah otonomi baru (DOB) agar Maluku dapat berkembang, dan menetapkan AM Sangadji sebagai Pahlawan Nasional,: ungkap Lewerissa.

Kapolda Maluku, Irjen Lotharia Latif pada kesmepatan itu, menyambut baik gagasan yang disampaikan BEM Nusantara, bahkan kapolda mengaku, siap mendukung jika hal itu demi kemajuan Maluku.

Baca Juga: Komisi IV Tantang Kadinkes Percepat Pergub

“Menyangkut rencana itu saya mendukung sepenuhnya,” kata Kapolda setelah mendengar maksud dan tujuan kedatangan para mahasiswa dari BEM Nusantara Maluku.

Kapolda mengaku, salut dengan konsep yang akan dibawa para mahasiswa asal Maluku dalam kegiatan temu nasional BEM Nusantara nanti.

“Saya kira ini konsep-konsep yang bagus. Yang paling penting menurut saya adalah, bagaimana membuat Maluku ini menjadi aman dan nyaman, itu kata kuncinya,” ucap Kapolda.

Pasalnya, selama keamanan dan kenyamanan tidak dapat diciptakan masyarakat kata Kapolda, maka orang akan merasa khawatir atau takut datang di Maluku.

“Selama dua kata kunci ini tidak ada, jangan berharap orang mau datang dan berinvestasi di Maluku,” tandas Kapolda.

Berbagai konsep yang direncanakan secara baik menurut Kapolda, tak akan terwujud apabila masyarakat atau bahkan warga pendatang tidak merasakan aman dan nyaman.

“Saya sudah lihat keliling, Maluku ini indah, Maluku ini luar biasa, punya potensi yang hebat. Jadi kalau kalian ingin bicara provinsi kepulauan, iya, tapi basicnya supaya Maluku ini aman dan damai,” ujar Kapolda.

Mahasiswa kata Kapolda, merupakan generasi penerus bangsa dan sebagai generasi muda, mahasiswa harus menjadi agen pembaharuan.

“Jadi tidak boleh ada pengkotak-kotakan agama, kesukuan, karena kalau kita lihat petanya Maluku ini, kalian berpencar di pulau-pulau. Saya seringkali ngomong jangan persoalan orang per orang di bawah menjadi persoalan negeri,” tutur Kapolda.

Sebagai calon-calon pemimpin bangsa, Kapolda mengharapkan para mahasiswa untuk menanamkan rasa nasionalis dalam diri, tanpa memandang suku, agama, maupun antar golongan.

“Kalian ini calon-calon pemimpin, mungkin ada yang jadi Bupati, Walikota, pengusaha, tapi kalian sudah harus tanamkan bahwa kalian adalah nasionalis,” ajak Kapolda.

Mantan Kapolda NTT menegaskan, Maluku dapat menjadi daerah yang maju dibidang pariwisata seperti Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Bali, sebab potensinya sangat luar biasa.

“Di Bali tidak ada pabrik, tidak ada tambang, yang dijual adalah keindahan pantainya, budayanya, keramahtamahannya, kerukunannya, dan bisa menghasilkan devisa terbesar dari segi pariwisata di Indonesia,” beber Kapolda.

Bali menurut Kapolda, sangat menjaga betul keamanan, dan kenyamanan, kalau ada orang kampung, ada turis yang lakukan kejahatan, langsung diusir dari kampungnya, dan tidak pernah dibela.

Kondisi tersebut justru berbanding terbalik dengan Maluku. Di Maluku saat terjadi bentrokan masyarakat malah menutup kejadian tersebut dari aparat kepolisian.

“Di sini kalau ada orang berkelahi, kita polisi datang, kita tanya, mereka bilang tidak ada yang berkelahi, padahal sudah ada korban, ditutupi semua, ini yang menimbulkan api dalam sekam,” sebut Kapolda.

Kapolda berharap berharap, Maluku menerapkan konsep PAM Swakarsa, dimana, semua masyarakat menjadi polisi untuk diri sendiri, sehingga apabila terjadi konflik/kejahatan, maka akan dapat diselesaikan dengan baik.

“Kalau ada kejahatan bantu polisi untuk mengungkap kejahatan. Disini orang dibunuh kita datang dan kita minta otopsi dia tidak mau, padahal itu syarat utama untuk mengungkap kasus pembunuhan, sampai kapan kita hidup mencekam. Ribut sedikit tutup jalan, blokir masing-masing daerah, ini yang tidak baik,” sesal Kapolda. (S-10)