Pemerkosa sembilan anak di Mojokerto dijatuhi  hukuman kebiri kimia, pidana penjara 12 tahun, dan denda Rp100 juta subsider enam bulan kurungan.

Kebiri kimia merupakan tindakan untuk menurunkan hasrat seksual dan libido pada seseorang. Selain kebiri kimia, pada pria ada pula metode yang berhubungan dengan seksual seperti vasektomi dan suntik hormon. Tiga metode ini memiliki perbedaan dalam cara serta hasil yang didapatkan.

Kebiri kimia adalah praktik untuk menekan hasrat seksual, sehingga orang tersebut tak lagi berminat pada hubungan seksual. Tindakan ini biasanya dilakukan sebagai hukuman atas pelanggaran tertentu yang dilakukannya, termasuk pelanggaran seksual.

Cara yang dilakukan pada kebiri kimia adalah dengan menyuntikan obat berupa senyawa kimia ke dalam tubuh. Obat ini berfungsi mengurangi testosteron dan estradiol, hormon seksual pada pria.

Efek obat ini mampu mengendalikan gairah seksual. Sekali suntik, pengaruh obat ini dapat berlangsung selama tiga hingga lima tahun.

Baca Juga: WHO: Menolak Vaksin Sebabkan Kasus Campak Meningkat

Berbeda dengan kebiri kimia, vasektomi juga dilakukan untuk ‘mengendalikan hormon’ pria. Namun jika kebiri kimia dilakukan sebagai hukuman, vasektomi dilakukan dengan kesadaran penuh dan biasanya atas permintaan dari orang tersebut.

Vasektomi adalah metode kontrasepsi yang dilakukan dengan cara memotong vas deferens (saluran sperma). Metode ini tergolong dalam pembedahan minor. Dikutip dari Urology Health, metode ini dapat memblokir sperma agar tidak mencapai penis yang mengalami ejakulasi.

Karena berfungsi sebagai kontrasepsi, vasektomi digunakan untuk mencegah kehamilan. Ini merupakan metode kontrasepsi atau KB paling efektif daripada alat kontrasepsi lainnya. Penelitian menunjukkan hanya 1-2 perempuan saja dari 1.000 orang yang hamil setelah berhubungan selama satu tahun dengan pasangan vasektomi.

Berbeda dengan kebiri kimia, vasektomi tidak mengendalikan hasrat seksual kaum Adam. Artinya, ketika seseorang dikebiri kimia, dia tidak akan memiliki hasrat untuk berhubungan seksual lagi. Namun ketika dia menjalani vasektomi, dia masih punya hasrat seksual, hanya saja dia tak bisa menghamili pasangannya karena saluran spermanya ‘terkunci.’ (*)