Bayi yang Dilahirkan di Lion Air Akhirnya Meninggal
AMBON, Siwalimanews – Kurang lebih empat hari dirawat di RSUD dr. M Haulussy, bayi yang dilahirkan dalam pesawat Lion Air meninggal dunia.
Bayi laki-laki itu meninggal dunia pada Sabtu (21/11) dini hari sekitar pukul 01.00 WIT dalam ruang neonatal intensive care unit (NICU).
“Benar sudah berusaha menyelamatkan, namun Sabtu dinihari kemarin bayi dari Anastasia Geavani meninggal dunia,” kata Plt Direktur RSUD dr. M Haulussy, Rodrigo Limmon, kepada Siwalima, Minggu (22/11).
Rodrigo menjelaskan, dari analisa dokter, bayi malang tersebut dilahirkan prematur. “Jadi dia dilahirkan itu belum cukup bulan sesuai waktu kelahirannya,” ujarnya.
Berat bayi tersebut hanya 1000 gram, dan ukurannya sangat kecil sekali. Kata Rodrigo, pihaknya sudah berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan peratawan. Tetapi bayi itu tidak bisa bertahan.
Baca Juga: Pemkab Aru Bangun Sinergitas dengan TNI/Polri“Kita sudah memasukan didalam ruang NICU dan memberikan oksigen tetapi daya tahan tubuhnya tidak kuat karena terlalu kecil dan meninggal dunia,” jelas Rodrigo.
Sementara orang tua bayi kondisinya sehat. Jenazah bayi itu juga dipulangkan oleh orang tuanya dan keluarga. “Sekarang mereka sudah kembali ke rumah,” ujarnya.
Seperti diberitakan, Penumpang bernama Anastasia Geavani melahirkan saat pesawat dalam perjalanan Merauke-Jayapura-Makassar-Jakarta, pada Selasa (17/11).
Corporate Communications Strategic of Lion Air, Danang Mandala Prihantoro dalam rilisnya yang diterima Siwalima, Rabu (18/11) menjelaskan, Lion Air telah mempersiapkan penerbangan JT-797 secara tepat, pesawat Boeing 737-900ER registrasi PK-JT sebelum diberangkatkan sudah menjalani pemeriksaan sebelum keberangkatan serta dinyatakan laik dan aman untuk terbang (airworthy for flight).
“Kru yang bertugas dalam kondisi sehat, serta seluruh penumpang telah menjalani pemeriksaan sebagaimana ketentuan yang berlaku,” ujar Danang.
Lion Air penerbangan JT-797 lepas landas dari Bandar Udara Internasional Sentani. Dengan jadwal keberangkatan pukul 13.35 WIT (Waktu Indonesia Timur, GMT+ 09).
“Kira-kira 50 menit dari jadwal terbang, pendamping dari penumpang dimaksud meminta bantuan kepada awak kabin bahwa mengeluh sakit perut dan meminta air putih hangat,” jelas Dadang.
Pimpinan awak kabin (senior flight attendant/SFA) bernama Novitalia bersama kru kabin lainnya menghampiri langsung guna mengetahui kondisi aktual penumpang.
Setelah mendapatkan informasi detail, SFA segera melakukan pengumuman (announcement) apakah dalam penerbangan terdapat profesi dokter.
“Satu penumpang atas nama Marthina Setiawati Randabunga mengaku sebagai dokter dengan menunjukkan identitas resmi serta dokumen pendukung lainnya,” kata Danang.
Koordinasi dan kerja sama yang baik antara awak kabin dan dokter, proses persalinan penumpang termasuk penanganannya tersebut berjalan normal, dilakukan di kursi bagian belakang. Ibu dan anak dalam keadaan sehat serta selamat.
“Dalam situasi seperti itu guna memberikan pelayanan terbaik, pilot Capt. Eirstanto Prabowo bersama kopilot Tanto Adi Prasetyo setelah koordinasi dengan dokter dan awak kabin memutuskan untuk pengalihan pendaratan (divert) ke bandar udara terdekat, yakni Bandar Udara Internasional Pattimura, Ambon, Maluku,” ungkap Dadang. (S-39)
Tinggalkan Balasan