MASOHI, Siwalimanews – Situasi keamanan pasca ben­trok antar warga di perbatasan Negeri Tamilouw dan Dusun Rou­nnusa, Negeri Sepa, kini sudah kondusif.

Situasi sepenuhnya dikenda­likan aparat gabungan TNI-Polri, pasca bentrok, Senin (1/11), yang meng­aki­bat­kan satu warga Tami­louw me­ning­gal serta beberapa menga­lami luka-luka.

Saat ini ratusan aparat gabung­an TNI-Polri hingga kini masih bersiaga mengantisipasi terjadi­nya bentrok susulan.

“Situasi kini telah berangsur kondusif. Jalan trans seram Ma­sohi-Tehoru yang sebelumnya di­tutup, kini telah kembali dibuka. Meski demikian sampai saat ini kami masih siagakan sekitar 120 personil gabungan TNI dan Polri guna mengantisipasi bentrok susulan kedua warga,” ucap Kapolres Malteng AKBP Rosita Umasugi kepada wartawan di Mapolres, Selasa (2/11).

Kapolres mengaku, pihaknya berupaya keras untuk menciptakan kestabilan kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat di wilayah tersebut dan itu menjadi fokus pihaknya.

Baca Juga: 55 Musisi Maluku Dibuatkan Prasasti

“Penegakan hukum pasti akan kita lakukan, namun fokus kita saat ini adalah untuk mengembalikan stabilnya kondisi kantibmas lebih dulu,” jelasnya.

Menurut Kapolres, bentrok ini dipicu masalah batas tanah yang diklaim masing masing pihak. Namun penetapan batas tanah yang sama-sama sedang diusahakan kedua belah pihak ini, tidak kunjung tuntas yang akibatnya memicu bentrok.

“Kami telah bekerja sesuai protap. Kedua warga yang tersulut emosi telah kami halau dengan jarak lebih dari 200 meter dari pagi hingga siang, meskipun berulang kali dua warga mencoba melakukan aksi saling serang. Kamipun sampai beberapa kali mengeluarkan tembakan gas air mata untuk menghalau pergerakan masa kedua pihak. Namun kemudian ketika hari menjelang petang, sekelompok warga Dusun Rounnusa tiba tiba muncul dari hutan dan mulai menyerang warga Tamilouw yang sedang memaksa masuk ke kawasan perbatasan kedua negeri,” ungkapnya.

Bentrokan antar warga ini kemudian tidak terelakan. Akibatnya satu orang meninggal dunia dan delapan lainnya mengalami luka.

“Korban meninggal dunia bernama Hasyim Tuharea alias Acim. Korban mengalami luka potong pada wajah dan lengan kanan. Selain menelan korban, dua rumah kebun atau walang dan 16 unit sepeda juga rusak akibat bentrok itu,” jelas Kapolres.

Bentrok warga terjadi pada Senin (1/11) sekitar pukul 13.40 WIT, mengakibatkan satu warga meninggal dunia dan delapan lainnya luka-luka, serta dua rumah kebun atau walang dan 16 unit sepeda juga rusak akibat bentrok itu.

Bentrok berawal ketika proses pengecekan batas wilayah dua negeri itu berlangsung, sekitar pukul 13.40 WIT di Dusun Rounnusa, Negeri Sepa terjadi konsentrasi massa dengan membawa parang, panah dan tombak, mereka mendesak batas wilayah harus ditentukan hari itu juga.

Warga juga meminta ganti rugi atas tanaman milik masyarakat yang rusak oleh perbuatan oknum warga Negeri Tamilouw. Ratusan warga Rounnusa pada pukul 14.30 WIT, yang emosi merusak tanaman pisang dan kelapa milik warga Tamilouw, mereka juga merobohkan pohon yang berada di tepi jalan Dusun Lahati, Negeri Tamilouw dan memblokade jalan di kawasan itu.

Tersulut emosi, warga Tamilouw menyerang warga Rounnusa yang menebang pohon dan blokade jalan. Mereka menghunus parang, panah dan tombak. Saling serang kedua kubu pun terjadi, namun aparat keamanan masih berhasil melerai bentrok kedua warga itu.

Tembakan gas air mata berkali kali ditembakan aparat kemanan, namun demikian ketika hari menjelang petang muncul sekelompok warga Dusun Rounnusa dari tengah hutan menyerang masa dari Desa Tamilouw dengan panah, tombak dan parang.

Kontak fisik pun tak terelakan. Aksi saling baku potong pun terjadi. Akibatnya satu warga Negeri Tamilouw meninggal serta delapan lainnya mengalami luka panah dan luka akibat sabetan parang.

Banyaknya warga yang terlibat bentrokan dan saling serang dengan menggunakan batu, parang dan panah membuat aparat keamanan sulit membu­barkan pertikaian. Meski begitu situasi keamanan di wilayah itu kini telah dapat dikendalikan aparat keamanan. (S-36)