PENETAPAN  Ambon sebagai kota musik oleh Jaringan Kota Kreatif Dunia pada Oktober 2019 adalah sebuah pencapaian yang luar biasa. Masyarakat Kota Ambon yang kental dengan budaya, ekosistem dan kultur bermusik mampu mengemas setiap even dan kegiatan musik menjadi destinasi wisata yang menarik. Menempatkan musik sebagai daya tarik utama, tidak hanya menjadikan Ambon sebagai kota pertun­jukan, namun lebih jauh, wisatawan dapat menikmati, menonton, mem­pelajari meningkatkan musikalitas, dan bahkan melestarikan musik.

Melalui positioning yang kuat sebagai kota musik, program wisata musik unggulan, sinergi kebijakan pemerintah kota, swasta dan stakeholder, peran media digital dan sosial serta jejaring dan kemitraan yang luas menjadikan Ambon layak menyandang predikat sebagai kota musik dunia.

Pemerintah Kota Ambon bersinergi dengan banyak pihak berupaya terus mengembangkan musik sebagai pilar parekraf untuk mensejahterakan masyarakatnya.

Slogan Ambon Kota Musik merupakan kebangkitan musisi di kota ini dan sejak dicanangkan sebagai kota musik berbagai upaya dilakukan agar tidak hanya sekedar menjadi slogan kosong, melainkan sebuah gerakan memacu para musisi untuk menciptakan karya seni.

Upaya tersebut menjadi rangsangan para pekerja seni serta masyarakat untuk bekerja keras mewujudkan karya sehingga dapat dihargai secara maksimal.

Baca Juga: Inflasi Picu Tingginya Angka Kemiskinan

Memang diakui pencanangan sebagai kota musik belum ditindaklanjuti dengan fasilitas penunjang, tetapi hal ini diharapkan menjadi pemacu bagi para pelaku seni di Kota Ambon.

Namun sangat disayangkan keraguan para pelaku seni terhadap Ambon Kota Musik hanya sebagai slogan mulai nampak pasca peristiwa pembatasan waktu saat konser para musisi lokal, diantaranya Ebeng Acom dan Justy Aldrin, juga musisi-musisi lokal asal Maluku lainnya.

Dalam acara yang digelar Kantor Bahasa Maluku, di Lapangan Merdeka Ambon, Sabtu (3/12) malam, Kota Ambon viral dengan Hesteg #kecewa.

Mengingat Ambon yang dikenal sebagai kota musik atau Ambon City of Music, justru membatasi musisi-musisi lokal dalam berkarya dengan cara yang tidak elegan alias tidak sopan.

Pasalnya, para musisi sebagai pihak yang di undang dalam acara tersebut, tidak mengetahui hal-hal lain yang menjadi tanggungjawab panitia, namun diberhentikan saat hendak performance.

Anggota Fraksi partai Gerindra DPRD Kota Ambon, Christianto Laturiuw menyesesalkan peristiwa tersebut.

Menurutnya, peristiwa itu menandakan pemerintah tidak memberi ruang bagi musisi-musisi lokal untuk mengembangkan bakat mereka dalam bidang musik.

Peristiwa itu juga bertolak belakang dengan status Ambon sebagai City of Music. Supaya kita tidak hanya menyandang status Ambon City of Music tapi ruang gerak dan pengembangan kreativitas musik oleh kaum milenial malah dibatasi.

Memang ikon dari status Ambon City of Music, sejauh ini belum terlihat jelas konsepnya. Dalam artian, dengan status itu, pemerintah harusnya memberikan ruang gerak yang terbuka terhadap pengembangan musik di Kota Ambon, karena sampai saat ini kita belum lihat ikon yang jelas terkait dengan letak dimana Ambon City of Music itu ? Status City of Music, tapi mereka tidak berikan ruang untuk pengembangan musik.

Diketahui sebelumnya, Ebeng Acom,  Justy Aldrin dan  Toton Caribo kecewa setelah penampilan mereka dihentikan aparat kepolisian saat Festival Tunas Bahasa 2022, yang berlangsung Sabtu kemarin.

Kekecewaan mereka lantaran tak bisa tampil sepenuhnya menghibur warga Kota Ambon.

“Ini kita kedua kali datang ke Ambon dan acara kita tidak jalan. Ya Kita tidak tahu bagaimana lagi kita menyuarakan isi hati. Sedangkan kita melakukan karya dengan bahasa Maluku. Tapi jujur dari dalam hati sangat kecewa,” kata Justy Aldryn usai meninggalkan panggung di Lapangan Merdeka Ambon kemarin. Kekecewaan mereka juga disampaikan melalui media sosial.

Musik merupakan sarana pemersatu dan mampu menembus sekat-sekat perbedaan sehingga sangat penting untuk dijadikan media membangun persaudaraan dan perdamaian yang hakiki di Ambon dan Maluku pada umumnya. Tetapi semua ini dapat terwujud melalui kerja keras semua komponen untuk memelihara dan meningkatkan perdamaian serta pola hidup orang basudara di Ambon dan Maluku. (*)