AMBON, Siwalimanews – Kendati pihak PLN Wilayah Ma­luku-Ma­luku Utara bersikukuh ke­rusakan pipa yang berakibat tumpa­han minyak tidak merusak mangrove, faktanya tumpahan minyak sa­ngat berbahaya ter­hadap kesehatan ma­ngrove.

Potensi bahaya tum­pahan minyak ter­hadap pertumbuhan dan kesehatan tum­buhan mangrove ini ditegaskan ahli ling­kungan dari Unpatti, Yustinus Male.

Male menegaskan, akibat keboco­ran mi­nyak Pembangkit Lis­trik Tenaga Diesel di Desa Poka Kecamatan Ba­guala itu berba­haya bagi lingkungan sekitar jika tidak cepat diantisipasi.

“Kalau mengenai minyak memang mesti ada penelitian untuk menentukan lebih lanjut tetapi tumpahan minyak itu sangat berbahaya terhadap pertumbuhan dan kesehatan mangrove, itu kata kuncinya,” tegas Male.

Dijelaskan untuk menentukan penyebab tumpahan minyak terha­dap kerusakan mangrove maka ter­dapat beberapa indikator yang men­jadi acuan dalam meneliti dianta­ranya, intensitas, waktu kontak dan tingkat penetrasi.

Baca Juga: Kapolda: Jaga Hubungan Baik Dalam Bertugas

Jika tingkat sebaran hanya me­ngikuti air pasang surut dan sifatnya sesaat, maka tidak akan berdampak. Tetapi bila volume minyak banyak dengan intensitas genangan cukup lama tentu akan menempel di daun, pohon dan akar.

Tumbuhan mangrove kata Male mengalami respirasi disamping mela­lui daun tetapi juga melalui akar, arti­nya jika permukaan sendimen telah ter­tutupi dengan minyak maka su­dah pasti menghambat proses res­pirasi. “Kalau polutan minyak menutupi pori-pori dari akar mangrove maka proses difusi dan respirasi akan terganggu dan sangat berbahaya,” jelas Male.

Limbah PLN Tercemar

Limbah PT PLN (Persero) melalui salah satu pembangkitnya PLTD yang terletak di Desa Poka Keca­matan Teluk Ambon diduga mence­mari lingkungan sekitar.

Akibatnya hutan manggrove di kawasan itu mengering bahkan ada yang sudah mati. Kejadian ini juga diduga telah berlangsung cukup lama namun dibiarkan oleh PT PLN dan Dinas Lingkungan Hidup baik Kota Ambon maupun Provinsi Maluku.

Pantauan Siwalima  air laut di bibir pantai telah berubah warna. Air laut tidak sejernih di bibir pantai pada umumnya. Selain diduga karena tum­pahan minyak (limbah), bahkan bekas minyak pun terlihat menempel disejumlah badan talud. Untuk me­nu­tupi kebohongan ke publik, PT PLN diduga telah melakukan perte­muan tertutup bersama dengan Di­nas Ling­kungan Hidup baik pro­vinsi maupun Kota Ambon sehingga masalah sengaja dibiarkan berlarut-larut.

Anehnya lagi, tim dari Dinas Ling­ku­ngan Hidup Provinsi Maluku mendadak turun ke lokasi dan meng­ambil sampel untuk menguji kualitas air laut di pantai Poka seputaran hutan menggrove.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Maluku, Roy Siauta yang dikonfir­masi Siwalima Kamis (28/7) membe­narkan timnya sudah  turun ke lokasi. “Saya ikut turun ke lokasi dan tim sudah mengambil sampel air laut di sekitar untuk diuji di laboratorium untuk membuktikan penyebab mati­nya tanaman mangrove,” ungkap Siauta.

Dikatakan, nanti selesai pengam­bilan sampel, tim akan berembuk untuk menentukan laboratorium mana yang akan gunakan baik itu di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKL-PP) Kelas II Ambon ataukah di labo­ratorium kesehatan milik Dinas Kesehatan Maluku.

Dua laboratorium itu sendiri me­nurutnya sudah bisa menguji sam­pel air atau minyak.  “Saya pastikan sekali lagi, kita tidak bisa menduga-duga itu akibat limbah, nanti hasil uji lab baru bisa membuktikan apakah matinya manggrove akibat limbah tumpahan minyak atau bu­kan, tunggu hasil uji,” kilahnya.

Selain itu tim juga masih akan melakukan pengambilan data tam­bahan esok sampai lusa nanti. “Tim masih turun untuk ambil data nanti kita rampungkan sambil menungguh hasil uji lab,” kata Siauta.

Dirinya juga membantah kalau telah melakukan rapat internal de­ngan PT PLN terkait dengan masalah ini. “Tidak ada itu, sampai sekarang kita belum pernah bertemu atau rapat terkait masalah itu,” tandasnya.

PLN Akui Limbah

Humas PT. PLN (Persero) Wilayah Maluku-Maluku Utara, Hairul Hatala yang dikonfirmasi Siwalima, di Ruang Kerjanya, Kamis (28/7) mengakui ada kebocoran yang terjadi pada pipa bawah tanah milik PLN yang mengakibatkan merem­besnya minyak di kawasan hutan mangrove.

Meski mengakuinya, Hatala meno­lak rembesan tersebut  berdampak pada pencemaran lingkungan yang mengakibatkan matinya sejumlah pohon mangrove disekitar kawasan tersebut.

“Jadi pada 4 Juli lalu ada sedikit perstiwa, pekerjaan Dinas PUPR di Jembatan depan PLTD. Dan PLN punya pipa minyak ada disitu, dibawah jembatan. Jadi dari Perta­mina ke Poka, entah PU kerja bagai­mana, pipa itu bocor. Tapi sudah ditutup, bahkan sampai dua kali, karena memang yang pertama, masih merembes, kemudian diikat lagi dengan karet, dan sekarang sudah tidak merembes lagi,”jelas Hatala.

Hatala mengaku, belum dapat dilakukan pengalasan terhadap kebo­coran pipa tersebut, karena itu adalah pipa yang dialiri minyak.

Pihaknya hanya bisa mengan­tisipasi dengan cara menutup de­ngan karet. Hatala memastikan tidak ada rembesan saat ini.

Hatala juga menambahkan terkait hal itu, pihaknya sudah melakukan uji sampel terhadap air kerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kota Ambon.

Dikatakan hasil uji sampel yang di lakukan Dinas Lingkungan Hidup Kota Ambon tidak ada limbah. Aneh bin ajaib, minyak tumah akibat rem­besan pada pipa, Dinas Lingkungan Hidup Kota Ambon menurut Hatala mengatakan hal itu bukan limbah.

“Terkait hal itu, Dinas Lingkungan Hidup Kota Ambon sudah lakukan uji, dan PLN pun sudah lakukan uji, hasilnya tidak ada limbah,” ujarnya.

Ia mengaku saat ini Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Maluku, juga tengah melakukan uji sampel terkait dugaan pencemaran tersebut. Namun hasilnya belum disampaikan.

“Nanti kalau hasil uji sudah keluar kita sampaikan. Jadi belum bisa bilang bahwa mangrove itu mati karena limbah PLN. Karena hasilnya belum tahu,” timpalnya lagi.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Persam­pahan Kota Ambon, Alfredo Heha­mahua yang dikonfirmasi tidak me­respon meskipun telepon selulernya aktif. (S-09/S-25)