AMBON, Siwalimanews – Rencana mereka beraksi tepat 17 Agustus 2021, teren­dus aparat. Satu dari 53 terduga teroris ditangkap di Ambon.

Detasemen  Khusus 88 Antiteror ber­hasil menangkap seorang lelaki terduga teroris asal Desa Haya, Kabu­paten Maluku Tengah.

Penangkapan pria berinisial NW dilakukan Sabtu (14/8), di Kota Ambon, atau tiga hari menjelang HUT ke-76 Proklamasi Kemerdekaan RI.

Informasi yang dihimpun di Polda Maluku menyebutkan, pria paruh baya itu tergabung dalam jaringan atau kelompok Jamaah Islamiyah (JI).

Penangkapan berawal dari Satuan Burung Hantu itu menggeledah ru­mah salah satu terduga teroris di Gu­muk­rejo, Kabupaten Boyolali, pada 13 Agustus lalu.

Dalam penggeledahan itu, tim Den­sus 88 mendapat petunjuk berupa dua lembar KTP beralamat Ambon. Saat itu juga tim menyita KTP tersebut dan kemudian mendalaminya.

Dari informasi keberadaan dua lembar KTP yang ditemukan di Boyolali itu, Tim Densus 88 di Ambon langsung bergerak cepat dan meringkus seorang lelaki di Kota Ambon.

Lelaki tersebut diketahui berasal dari Haya, Kabupaten Maluku Tengah.

Polda Maluku melalui juru bicara, Kombes Rum Ohoirat kepada Siwa­lima pekan kemarin membenarkan adanya penangkapan satu terduga teroris di Ambon.

“Benar informasi itu. Tapi detail penangkapan kami tidak mengetahui sama sekali. Itu domainnya Densus ya,” ujar Ohoirat singkat.

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Argo Yuwono saat jumpa pers se­cara virtual di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Jumat (20/8) juga membenarkan penangkapan satu teroris asal Maluku.

Dari jumlah tersebut mereka tersebar di 11 provinsi di Indonesia. Mereka diamankan dalam operasi penindakan yang dilakukan sejak 12 Agustus hingga 17 Agustus 2021.

“Mereka ini ingin melancarkan aksi terornya saat Hari Kemerdekaan Indonesia atau 17 Agustus 2021, itu diketahui dari keterangan para ter­sangka saat dilakukan pemeriksaan oleh penyidik densus, dimana bebe­rapa tersangka yang kami tangkap memang kelompok JI dia ingin menggunakan momen 17 Agustus atau Hari Kemerdekaan,”jelas Argo.

Perwira tinggi bintang dua ini merincikan, 11 provinsi yang didata­ngi Densus 88 itu adalah Sumut, Jambi, Lampung, Kalbar, Kaltim, Sulsel 3, Maluku, Banten, Jabar, Jateng dan Jatim.

“Dari 11 provinsi itu pertama dari Sumut itu 8 orang, kemudian Jambi ada 3 orang, Lampung itu ada 7 orang, Kalbar ada 1 orang dan Kaltim ada 3 orang. Sulsel 3 orang, Maluku ada 1 orang, Banten ada 6 orang, Ja­bar 4 orang, Jateng 11 orang, Jatim 6 orang,” ujar Argo.

Dari 53 orang yang telah diaman­kan tersebut, sebanyak 50 orang tergabung dalam jaringan Jamaah Islamiyah yang diamankan pada 10 Provinsi. Sedangkan, untuk 3 orang lainnya yang diamankan di Kaltim tergabung dalam jaringan Jamaah Ansharut Daulat (JAD) serta men­jadi pendukung ISIS.

“Jadi ada beberapa orang yang kita amankan itu dari berbagai peran, kemudian yang kita tangkap itu mulai hari Kamis, 12 Agustus itu di Jateng ada 2 orang ini. Ini keterli­batannya itu sebagai koordinator Syam Organizer dan juga sebagai Kepala Divisi Pengamanan Toliah Khodimah bagian Timur,” ujar dia.

“Kemudian di tanggal 13 nya kita ada mengamankan 8 orang di Su­matera Utara. Ini yang di Jateng tadi inisialnya TEP dan M., sedangkan di Sumut ini inisial RS dia sebagai bendahara di tahun 2019-2021. Kemudian sebagai anggota korlap, yang bertugas mengurisi Maklubin ini. Ini yang tersangka RS,” sam­bungnya.

Sedangkan untuk IH ini sebagai penanggungjawab 1 Toliah wilayah Tapanuli Selatan. Lalu, untuk AKS sebagai penanggungjawab 2 yakni Tanjung Balai dan Kisaran.

“Sedangkan keempat inisial R sebagai penanggungjawab 3 untuk wilayah Medan Kota dan Tebing Tinggi. Kelima H, ini adalah sebagai petugas yang mengutip, yang meng­umpulkan dana untuk kelompoknya. Kemudian juga mengumpulkan dari uang SO itu pada acara Taklim itu di sana,” ungkapnya.

“Kemudian keenam, itu adalah inisial DI. DI ini pernah berangkat ke Suriah tahun 2013 dan kemudian sebagai Dewan Pengawas Yayasan Las Aba di Sumut. Kemudian pernah menjabat sebagai humas di SO pusat Syam Rrganizer maksudnya itu pada tahun 2017-2019,” tambahnya.

Selanjutnya, BB alias W yang merupakan anggota JI. Lalu, NH alias I sebagai pelatih survival saat pendakian Gunung Salak serta JS sebagai Kepala Sub Bidang Pela­yanan Personel dan MM alias T sebagai tim pengamanan personel.

“Inisial FSF ini sebagai bendahara bidang tabliqh. Bendaharanya dan inisial WM alias U ini adalah ang­gota bidang hubungan internasional bertugas sebagai supporting dan EO (Event Organizer). Kemudian ada inisial LS alias A ini pembuatan KTP palsu untuk para ikhwan yang akan tergabung, jadi membuat KTP palsu,” ucapnya.

Selanjutnya, KTW sebagai pemi­lik bank negeri yang dipegang oleh Wijayanto atau ketuanya dulu yang sudah ditangkap.

“Ada FA alias A ini anggota hubu­ngan internasional bagian profilling. Kemudian di Kalbar itu inisial MD dia merupakan ketua Syam Organizer di Kalbar, yang melakukan aksi penggalangan dana, langsung me­lalui medsos. Kemudian mengikuti rakernas SO di beberapa daerah dan sebagai anggota jaringan JI,” ujarnya.

Kemudian untuk terduga teroris ditangkap di Jambi yakni S, sebagai Maklubin dan juga sebagai anggota Toliyah Wen Sewu dan pernah me­ngikuti pendidikan Sesko atau pembekalan bagi calon pengurus.

“Masing-masing di bidangnya di tahun 2009 di Semarang pernah, kemudian sebagai kepala sekolah pendidikan dan kaderisasi di tahun 2010-2015. Kemudian juga pernah menjadi instruktur di sekolah pendi­dikan kaderisasi siswa baru dan juga pernah melakukan pelatihan fisik di Gunung Pesagih di Lampung Barat dan kemudian pernah mengadakan pisau lempar untuk kegiatan seko­lah,” paparnya.

“Kemudian juga banyak ini yang dia lakukan, dia juga ada beberapa memperkenalkan aplikasi serperti conversation, kemudian aplikasi rime, menjabat sebagai ketua Adira di tahun 2015-2018. Banyak sekali yang mereka lakukan, dan kemudian juga mengikuti latihan fisik di Gor Kalianda,” imbuhnya.

Selain itu, untuk DW yang juga ditangkap di Jambi terlibat pernah menghadiri pertemuan Depdika pelatihan Suriah di Klaten tahun 2012 dan pernah menjadi kepala sekolah di Nasaih serta pernah me­nghadiri pertemuan di Vila, Bogor, Jawa Batat dalam pengenalan program Jihad Global.

“Inisial NIR, ini merupakan ketua bidang penghubung sub bidang intelijen. Kemudian dia sebagai pelayan amir tertinggi dan merupa­kan jaringan JI di Solo. Kemudian di Banten inisial M alias P ini anggota JI, jabatan Korda Tangerang Taya dan kedua inisial R alias R juga ini anggota JI Lampung dan juga me­nyembunyikan DPO atas nama Anton Kristianto alias Ahmad Jaeni alias Epson dan alias Ahhar ini. Selanjutnya inisial M alias DH dia juga anggota JI jabatannya di Korda Riau, sedangkan inisial AF alias R ini adalah sebagai Korda di Serang Cilegon. Kelima di Banten ini, inisial HF ini adalah keterlibatannya sebagai anggota Hoib di Subah,” tambahnya.

Wilayah Lampung

Selanjutnya, pada 14 Agustus 2021 petugas kembali menangkap terduga teroris di Banten yakni AS sebagai Ketua SO serta FJ yang sebagai anggota SO. “Pada tahun 2019 bersama FJ membahas kegiatan di bulan Ramadhan, karena ada imam Palestina yang ingin mengisi tausiah di Masjid Baitul Makmur di dekat rumahnya,” jelasnya.

Di Lampung, ada nama inisial IG. Ini merupakan anggota kelompok JI dari bidang Toliah yang bergabung sebagai JI di wilayah Lampung. “Ada inisial AS alias PA sebagai ketua Korda 1 di lampumg dan Be­ngkulu juga sebagai ketua kawasan Lampung,” imbuhnya.

Ketua tim 1 JI di Lampung beri­nisial S yang juga pernah menjabat sebagai ketua bagian pelayanan Tioliah wilayah 3 Kota Metro Bandar Jaya Way Jepara pada 2008. Dan F yang juga aktif dalam pertemuan-pertemuan bidang istihot JI di Lampung.

“Kemudian, inisial JS alias T alias P ini adalah anggota JI Lampung se­bagai bendahara Korwil JI Lampung, mengikuti kegiatan-kegiatan bidang Istihot dan termasuk juga dalam ikhwan-ikhwan yang dimaklu­bin­kan,” ucapnya.

Berikutnya AR alias I sebagai ang­gota Sarana bidang Alwi kelompok JI dan juga anggota sarana angkatan kedua yang diberangkatkan ke Su­riah pada gelombang lima. Lalu, pernah mengikuti kajian di Villa Ung­laran di tahun 2013 yang ber­kaitan dengan pembahasan motivasi perjuangan jihad.

“Kemudian inisial S alias D alias SH, anggota di Lampung. Kemudian pernah menjabat sebagai Tamwil atau bendahara JI di tahun 2012-2014. Kemudian juga pernah menam­pung atau menyembunyikan Hendra alias Nanto di kota miliknya di Lampung Tengah dan mengikut pertemuan-pertemuan di JI Lam­pung,” tandasnya.

Wilayah Jabar

Lalu, petugas kembali menangkap terduga teroris berinisial US di wilayah Jawa Barat. Ia sebagai sekertaris Iktihad Bitonah organisasi JI serta pernah bermufakat dengan Anang Yudiriswanto yang sudah tertangkap dan juga pemberi, peng­umpul dana infaq dari Istihad Bito­nah di bidang Tahis untuk ber­langsungan organisasi JI.

“Kemudian F sebagai Direktur Utama Syam Organizer di tahun 2018-2020. Tahun 2019 berangkat ke Turki dan ke Suriah dan perwakilan Syam Organizer dan yang ketiga bermufakat dengan anggota JI yang lain juga dilakukan penangkapan, ada beberapa yang sudah ditang­kap,” katanya.

Lalu, SH sebagai pengumpil dan pemberi dana infaq dan RSP sebagai koid di Subbah Barat tahun 2019 dan sekretaris Khodimah Barat, 2020 serta membantu pelarian AZ yang sudah dilakukan penangkapan dan A alias M dan S.

“Ada tiga dia melakukan perban­tuan pelarian. Kemudian juga mem­berikan akun conveersation kepada FS yang sudah kami tangkap juga,” imbuhnya.

Wilayah Sulsel

Petugas kembali melakukan pe­nang­kapan di Sulawesi Selatan yakni HP yang merupakan alumni Moro program Akmil angkatan 3 dan pernah menjabat sebagai toliah khusus.

“Membantu tersangka yang su­dah kami lakukan penangkapan un­tuk membawa senjata saat pelatihan Tadrib di Kolaka Utara di tahun 2011 dan 2012. Kemudian mengetahui alur senjata yang digunakan untuk Tadrib tahun 2011-2012,” ucapnya.

Tak hanya HP, petugas juga me­ngamankan beberap orang lainnya yakni NS alias S, SAT. Untuk NS merupakan guru atau pemberi materi pelajaran pengajaran sumbu bom, peracikan bahan bom, serta penge­nalan komposisi bom dan juga merupakan alumni Moro yang sempat dititipi senpi.

“SAT yaitu keterlibatannya pemu­fakatan penitipan senjata oleh HP, kemudian menyerahkan senjata jenis M16, FN perpanjang, revolver dan FN45,” ucapnya.

Wilayah Kaltim

Lalu, penangkapan juga dilakukan di Kalimantan Timur (Kaltim) berinisial RWP yang memberikan bantuan berupa uang dengan cara mengirimkan ke perbankan di Kelompok MIT Pos dan untuk operasional persiapan amaliyah di kelompok MIT.

“Inisial S, ini adalah yang membantu untuk mengajari memposting di Facebook dan bagaimana dia mengirimkan uang juga melalui bank swasta, ya toh ketika ada permintaan dari kelompok MIT yang disana itu,” paparnya.

Yang ketiga tambahnya, berinisial WS sama ini dari Ansharut Daulah, ini juga bermain di medsos. Dia mengajari berbagai macam kegiatan untuk membuat bom, di sana. “Dia yang mengajari di situ,” imbuhnya.

Jatim dan Sumut

Ternyata, pada 15 Agustus 2021 kembali menangkap dua terduga teroris di Sumatera Utara sebagai Kosim dan juga di Jawa Timur berinisial ADK sebagai anggota JI dan anggota FKPP di Wilayah Jatim dan sebagai Kosim JI di Jatim.

“Yang kedua yaitu inisial AP ini adalah Ketua Perisai Nusantara yang merupakan anggota JI. Yang di Jatim di tanggal itu kita mengamankan inisial ES ini merupakan kelompok JI dan fasilitator tempat pertemuan pembahasan pembuatan struktur teritorial JI dan merupakan anggota pengurus yayasan perisai di Surabaya,” ujarnya.

“Kemudian inisial FN ini anggota JI di korwil Jatim 1 dan dia sebagai ketua las aba Surabaya dan menghadiri pertemuan-pertemuan yang berkaitan dengan kegiatan ini,” tambahnya.

Lalu, pada 16 Agustus 2021 menangkap CA sebagai anggota JI Malang sebagai Direktus Las Aba dan AF sebagai bendahara di JI sampai tahun 2019 dan sebagai Ketua Korda Malang, membawahi Malang, Pasuruan.

Lalu, tepat pada hari kemerde­kaan Indonesia menangkap AMR di Sumut. Ia pernah mengikuti pelatihan membongkar pasang senjata, membidik dan cara membersihkan senjata.

Wilayah Maluku

Selain itu, petugas juga melakukan penangkapan di wilayah lain yaitu Maluku yakni NW sebagai Ketua Las Aba dan pengurus SO.

“Jadi itu yang sudah kami lakukan penangkapan berkaitan dengan kegiatan di seminggu ini. Kemudian barang bukti kita amankan banyak yang kita temukan, ada kotak amalnya, kotak infaq ini ada, senpi rakitan, peluru dan juga ada pistol. Ada beberapa buku-buku dan kemudian ada beberapa peluru-peluru yang sudah ditempatkan satu tempat peluru yang bagus,” sebutnya.

“Ada beberapa kaleng-kaleng tempat untuk menyimpan uang itu yang untuk infaq yang tidak bisa kita bawa karena banyak sekali. Ada foto yang kita sita, kita gunakan sebagai alat bukti. Tentunya ini dari densus telah melakukan lidik panjang dan lama. Jadi sudah mempunyai alat bukti, di dalam melaksanakan kegiatan ini,” tutupnya. (S-32)