SYUKUR tidak terhing­ga kami persembah­kan ke­pa­da Sang Kha­lik, Tu­han Yang Ma­ha Kua­sa, yang te­lah me­nambahkan seta­hun usia dalam perjalanan kami. Tidak terasa hari ini, 25 Oktober 2021,  Harian Pagi Siwalima sudah ber­usia 22 tahun. Usia yang cukup matang bagi perjalanan sebuah media massa.

Usia 22 tahun ini kami jadikan momen penting untuk terus me­lakukan evaluasi, agar bisa me­ngetahui sejauh mana kami men­jalankan fungsi dan peran pers sebagaimana yang diama­natkan dalam UU Nomor 40 Tahun 1999.

Pasal 3 ayat 1 UU Nomor 40 Tahun 1999 menyebutkan, Pers na­sional mempunyai fungsi se­bagai media informasi, pendidi­kan, hiburan, dan kontrol sosial. Se­lanjutnya dalam pasal 6 me­nyatakan, Pers nasional melak­sanakan peranannya sebagai berikut, memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui; menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, men­dorong terwujudnya supremasi hukum, dan Hak Asasi Manusia, serta menghormat kebhinekaan; mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar; melakukan pe­ngawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang ber­kaitan dengan kepentingan umum; serta memperjuangkan keadilan dan kebenaran.

Ini adalah esensi dari kehadiran Si­walima sejak pertama terbit, 25 Oktober 1999 lalu. UU Nomor 40 Ta­hun 1999 dan Kode Etik Jurna­listik, menjadi acuan dan landasan bagi kami untuk terus bergerak dan berkarya.

Memang tidaklah mudah untuk menjalankan tugas, fungsi dan peran itu. Sarat dinamika, diwarnai berbagai tekanan bahkan inti­midasi. Tapi semua hal itu tak pernah membuat kami kendor, apalagi kapok untuk terus me­nyuarakan kebenaran dan keadi­lan, namun malah memotivasi kami untuk lebih lebih semangat dan keras bekerja demi menyu­guhkan pemberitaan baik, sehat dan berkelas kepada masyarakat.

Baca Juga: Pemkot Atur Bank Soal Wajib Kartu Vaksin

Tantangan itu terasa kian berat saat harus berhadapan dengan situasi sulit akibat pandemi Covid-19, dimana satu sisi kami harus  mengelola kepercayaan pembaca dengan baik, namun pada sisi yang lain, kami harus lebih kreatif dan inovatif agar bertahan di masa krisis ini. Dengan kata lain, secara ekonomi kami mampu bertahan, tapi juga secara etis tidak me­langgar kaidah dan norma yang berlaku.

Siwalima berupaya untuk meng­embangkan prinsip jurnalistik yang terbuka dan tidak memiliki kepen­tingan selain menjalankan fungsi dan peran sebagaimana digaris­kan dalam UU Pers, memberikan yang terbaik bagi masyarakat dan provinsi ini.

Jati diri media massa adalah berubah. Perubahan tak dapat dihindari karena masyarakat yang menjadi lingkungannya juga berubah. Tidak berubah sama artinya dengan mengingkari arus kehidupan yang tak pernah kekal. Perubahan adalah keabadian itu sendiri. Mereka yang tidak berubah, akan tertinggal.

Tentu perubahan tidak terjadi serentak dan tiba-tiba. Perubahan itu adalah hasil dari sebuah evo­lusi panjang dan pergulatan tak kunjung henti yang secara per­lahan men­transformasikan entitas Siwalima dalam bentuk media baru. Siwalima tidak bisa me­ngelak dari kenisca­yaan peruba­han yang diakibatkan oleh per­kembangan teknologi. Sebab, cara publik mengkonsumsi dan me­nyerap informasi pun mengalami perubahan.

Perilaku yang begitu dinamis da­lam cara orang memperoleh infor­masi mendorong Siwalima harus melakukan perubahan. Siwalima yang awalnya hanya sebagai surat kabar cetak, kini hadir dengan platform baru dalam bantuk online, tempat orang mengkonsumsi informasi dengan cara-cara baru. Lewat saluran baru, niscaya semakin produktif, efektif, dan efisien upaya Siwalima untuk menjalankan fungsi dan peran sebagai pers dan menjawab harapan masyarakat.

Di tengah banjirnya ucapan selamat disertai pujian, harapan, masukan dan juga kritikan dari berbagai kalangan, kami jadikan sebagai bahan introspeksi dan evaluasi agar Siwalima tetap on the track, yang tentu saja bermuara kepada kemajuan serta kepenti­ngan masyarakat dan daerah ini.

Terima kasih atas semua dukungan yang diberikan selama ini. Anda semua adalah instrumen penting yang tak bisa dipisahkan dari perjalanan kami, kini dan nanti.

Sekali lagi terima kasih karena telah menjadi alasan bagi kami untuk terus ada dan berkarya. (Sherly Lootje Pattipawae)